Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sektor Konstruksi Belum Pulih, Pekerja Makin Terpuruk

Kompas.com - 11/10/2021, 06:10 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga saat ini sektor konstruksi masih belum membaik seperti masa sebelum pandemi. Hal ini membuat para pekerja di sektor tersebut ikut terpuruk.

Pendiri Komunitas Sedulur Gravel Georgi Ferdwindra Putra mengatakan, sejak 2020 hingga saat ini, tercatat ada sekitar 60 persen pekerja konstruksi menganggur.

Menurut dia, sekitar 90 persen proyek konstruksi pemerintah bahkan sempat berhenti pada tahun lalu, kecuali untuk proyek kesehatan atau penangangan Covid-19.

“Keadaan yang sulit ini berdampak sangat signifikan pada pendapatan para pekerja konstruksi di Indonesia,” kata Georgi dalam siaran persnya dikutip Kompas.com, Minggu (10/10/2021).

Baca juga: BUMN Konstruksi Ini Buka Lowongan untuk D3 dan S1 Teknologi Informasi

“Keadaan ini membuat para pekerja jatuh ke dalam jurang kemiskinan yang lebih dalam,” tambah dia.

Memang sebut dia, berdasarkan Riset Fitch Solutions pada April 2021 mengungkapkan industri konstruksi dapat tumbuh 8,7 persen pada tahun ini.

Namun kenyataan berkata lain. Fitch Solutions merevisi prediksi pertumbuhan ini menjadi 7,4 persen dan turun lagi menjadi 2,7 persen pada September 2021. Alasan dari turunnya prediksi pertumbuhan ini adalah kondisi pandemi Covid-19 yang sempat kembali meningkat akibat varian Delta mulai Juli lalu.

Selain sektor industrinya yang sedang terpuruk, Georgi juga memaparkan ada 2 faktor lain yang membuat para pekerja konstruksi masih sulit sejahtera.

Pertama, adalah pekerja sektor industri kebanyakan berstatus pekerja informal.

Menurut dia, hal ini membuat para pekerja tidak memiliki kepastian kerja dan bahkan dapat di-PHK kapan saja.

Kedua, pekerja konstruksi juga tidak memiliki akses terhadap proyek konstruksi selain lewat kenalan-kenalan mereka.

Berangkat dari hal tersebut, Komunitas Sedulur Gravel pun didirikan pada 2019 lalu. Komunitas ini bertujuan membantu pekerja konstruksi meningkatkan kesejahterannya serta kemampuannya.

"Peningkatan kesejahteraan yang saya maksud adalah membuka akses proyek-proyek ke para tenaga kerja konstruksi yang selama ini mendapat proyek hanya dari kenalan-kenalan mereka," kata dia.

Sementara itu, Koordinator Komunitas Sedulur Gravel, Yopi Oktaviansyah mengatakan, hingga saat ini komunitasnya sudah menjaring lebih dari 3.000 tenaga kerja konstruksi.

Yopi menambahkan, komunitasnya sudah menyalurkan sekitar 500 proyek yang kebanyakan berada di Jabodetabek kepada para anggotanya.

“Proyek-proyek yang dikerjakan anggota kita termasuk apartemen-apartemen di Tangerang, lalu juga ada pembangunan gedung perkantoran St. Regis di tengah kota Jakarta. Kita juga biasa mengerjakan perumahan-perumahan dan sudah sampai ke Jonggol,” ungkap Yopi.

Baca juga: Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Turun Berasal dari Penerima Upah dan Jasa Konstruksi

Selain meningkatkan kesejahteraan, Komunitas Sedulur Gravel juga berupaya untuk meningkatkan hard skill anggotanya.

Yopi menjelaskan komunitas ini membantu memberikan pekerjaan konstruksi sesuai dengan pengalaman mereka sebelumnya.

“Dengan kita lebih sering memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka, di situ lah mereka bisa mengasah sendiri skill yang mereka miliki,” jelas Yopi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah tenaga kerja sektor konstruksi di Indonesia mencapai 8,3 juta pada 2020.  Dari jumlah tersebut, sekitar 72 persen merupakan lulusan SMA ke bawah dan hanya ada sekitar 666.000 pekerja yang tersertifikasi.

Baca juga: Kementerian PUPR: Tol Solo-Yogyakarta-Bandara YIA Mulai Pembangunan Konstruksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com