Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak, Kementerian BUMN Jamin Tak Ada Korupsi

Kompas.com - 11/10/2021, 11:06 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan tak ada celah korupsi dalam persoalan pembengkakan biaya pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Sebab, proyek ini diawasi pula oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Sebagai infromasi, awalnya proyek ini direncanakan memakan biaya 6,07 miliar dollar AS atau sekitar Rp 86,5 triliun, tetapi perhitungan saat ini menjadi sekitar 8 miliar dolar AS. Artinya naik sekitar 1,9 miliar dollar AS atau setara Rp 27,09 triliun.

"Pembengkakan ini kita jaga untuk enggak ada potensi-potensi apapun di sana, potensi korupsi, potensi penyelewengan, tidak akan kita akomodir," ujar Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga kepada wartawan, dikutip Senin (11/10/2021).

Baca juga: Kala Jokowi Janji Kereta Cepat Tak Gunakan Duit APBN Sepeser Pun

Ia menjelaskan, dalam penghitungan biaya pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dilakukan audit terlebih dahulu oleh BPKP. Kemudian dari hasil audit itu ditetapkan angka pasti dari pembengakakan anggaran.

Setelah ditetapkan nilainya, maka diajukan kepada pemerintah mengenai kebutuhan anggaran dalam pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang perlu didanai oleh APBN. Targetnya audit oleh BPKP akan rampung pada Desember 2021.

"Jadi audit dulu baru kita tetapkan berapa sebenarnya angka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kereta cepat ini, sehingga kita ketika meminta bantuan dari pemerintah, itu angkanya benar-benar sudah bersih," jelasnya.

Sebelumnya, Arya menyebut bahwa pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah hal wajar. Lantaran, di tengah perjalanan pembangunan terjadi perubahan desain akibat kondisi geologis dan geografis yang berubah dari awal perencanaan.

Terlebih proyek pembangunan kereta cepat merupakan hal baru bagi Indonesia. Selain itu, seiring waktu berjalan harga tanah juga mengalami kenaikan, sehingga biaya pembebasan lahan meningkat dan membuat kebutuhan anggaran membengkak.

Menurut Arya, terhambatnya pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung juga turut berpangaruh pada pembengkakan biaya. Ia bilang, proyek ini terhambat akibat pandemi Covid-19 yang membuat keuangan para pemegang saham memburuk dan sulit melakukan pendanaan.

"Jadi pembengkakan itu adalah hal yang wajar, namanya juga pembangunan wal dan sebagainya, itu membuat beberap ahal agak terhambat. Di mana-mana kemunduran-kemunduran yang sebelumnya itu akan menaikkan cost, itu sudah pasti," ungap Arya.

Baca juga: Berapa Uang APBN untuk Tambal Biaya Bengkak Proyek Kereta Cepat?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com