Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang P Jatmiko
Editor

Penikmat isu-isu ekonomi

Pemerintah Terjebak “Sunk Cost” dalam Proyek Kereta Cepat?

Kompas.com - 12/10/2021, 10:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan untuk bisa tetap melanjutkan pembangunannya adalah dengan mengalihkan pendanaan ke APBN karena para pemegang saham yakni sejumlah BUMN mengalami kesulitan keuangan.

Sementara mengutip berbagai analisa dari berbagai sumber, dengan memperhitungkan biaya investasi untuk kereta cepat tersebut, maka harga tiket yang ditanggung konsumen akan jauh lebih mahal dari transportasi yang telah ada saat ini.

Kondisi ini persis seperti biaya tiket yang harus dibayar oleh penumpang pesawat Concorde saat pesawat tersebut beroperasi.

Lepas dari jebakan

Ketika seseorang atau perusahaan menghadapi munculnya sunk cost, cara terbaik untuk mengatasinya adalah memotong biaya yang keluar sia-sia tersebut.

Dalam investasi, ada istilah cut loss. Investor harus berani melepas saham yang membuatnya mengalami kerugian melampaui yang telah direncanakan. Jika portofolio terus dipegang, bisa saja hal itu membuatnya semakin menderita dalam jumlah yang lebih besar lagi.

Sementara itu dalam kaitannya dengan karyawan yang tidak produktif, bisa saja petinggi perusahaan melakukan pensiun dini agar perusahaan tak menanggung biaya yang sebenarnya sia-sia.

Pun, perusahaan juga harus berani mengambil keputusan untuk mengamandemen kontrak dengan pihak lain jika sewa gedung maupun aset lainnya tak lagi berdampak positif kepada keuangan perusahaan. Meski, harus membayar kompensasi kepada pihak lain.

Adapun dalam kaitannya dengan proyek pemerintah, cara terbaik untuk menghindari sunk cost ini adalah menghentikan proyek tersebut. Terlebih lagi, jika proyek yang dijalankan tidak memberikan dampak bagi ekonomi secara luas. Kalaupun ada, dampak tersebut akan muncul sangat lama dan jauh dari hitungan keekonomian.

Ada banyak contoh bagaimana proyek infrastruktur yang dijalankan oleh negara lain dibatalkan karena tidak masuk dalam hitungan keekoonomian. Dan hal itu bukanlah sebuah aib.

Seperti pembangunan kereta cepat Singapura-Kuala Lumpur senilai Rp 174 triliun – Rp 209 triliun. Proyek tersebut dibatalkan oleh Malaysia karena negara tersebut merasa terbebani.

Baca juga: Beda dari Jokowi, Malaysia Pilih Batalkan Proyek Kereta Cepat meski Merugi

Untuk itu, Malaysia bersedia membayar kompensasi kepada Singapura sebesar Rp 1,1 triliun sebagai settlement.

Sementara di Indonesia, kita melihat ada proyek infrastruktur besar yakni kereta cepat Jakarta-Bandung. Dari berbagai referensi yang saya dapatkan, proyek tersebut kemungkinan berpotensi menjadi sunk cost bagi pemerintah.

Jika memang menjadi sunk cost, apakah nantinya proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan seperti proyek pesawat Concorde? Demi kebanggan dan telah banyak keluar biaya, proyek mau tak mau harus dilanjutkan.

Atau, pemerintah berani mengambil langkah seperti Malaysia yang memilih menghentikan proyek kereta cepat Singapura-Kuala Lumpur karena memang tidak memungkinkan untuk dilanjutkan.

Kita tunggu saja...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com