Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Membuang-buang Makanan? Ini Dampaknya ke Perubahan Iklim dan Ekonomi

Kompas.com - 12/10/2021, 12:22 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa sangka, membuang-buang makanan memiliki dampak pada perubahan iklim dan membuat kerugian ekonomi.

Kementerian PPN atau Bappenas mencatat, membuang-buang makanan berdampak kepada perubahan iklim karena sampah makanan bisa menyumbang emisi gas rumah kaca (GRK).

Dalam 20 tahun terakhir, Indonesia menyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 1,7 giga ton CO2e (karbon dioksida ekuivalen) hanya dari buang-buang makanan (food loss and waste).

Adapun food loss adalah hilangnya sejumlah pangan pada tahapan produksi, pasca panen dan penyimpanan serta pemrosesan dan pengemasan. Sementara food waste adalah pangan yang dibuang pada tahap distribusi dan ritel serta konsumsi.

"Kalau dikaitkan dengan emisi GRK, hampir mencapai 1,7 giga ton CO2e diakumulasi dari 2000-2019 atau setara 7 persen dari total emisi Indonesia secara tahunan. Ini signifikan," kata Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas, Medrilzam, dalam webinar di Jakarta, Selasa (12/10/2021).

Baca juga: Pemerintah Terjebak “Sunk Cost” dalam Proyek Kereta Cepat?

Ilustrasi sampah makanan, limbah makanan.Evan Lorne/Shutterstock Ilustrasi sampah makanan, limbah makanan.

Dampak ke Ekonomi

Berdasarkan hasil laporan Food Loss and Waste (FLW), buang-buang makanan di Indonesia selama 20 tahun terakhir mencapai 184 kilogram per kapita per tahun.

Meski angka ini lebih rendah dari laporan Economist Intelligence Unit sebesar 300 kilogram per orang per tahun, food loss and waste membuat kerugian ekonomi sebesar Rp 551 triliun per tahun. Makanan yang terbuang itu setara dengan porsi makan 125 juta orang per tahun.

"Ini secara ekonomi akan sangat merugikan sekali. Kalau dihitung-hitung dari sisi ekonomi sampai 4-5 persen PDB kita, itu setara dengan yang terbuang tadi, bisa feeding orang yang butuh makanan sampai 125 juta orang," ucap dia.

Lebih mengkhawatirkan, persentase food waste dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dibanding persentase food loss. Hal ini dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat yang tidak berubah, sedangkan food processing semakin efisien dengan bantuan teknologi.

Medrilzam mengungkapkan, food waste pada tahun 2019 setara dengan 55-60 persen dari total food loss and waste 184 kilogram per orang per tahun. Sedangkan di tahun 2000, persentase itu terbalik dengan food loss mencapai 55-60 persen dari total food loss and waste.

Baca juga: Terus Menguat, Harga Bitcoin Tembus Rp 824 Juta


Besarnya food waste juga diafirmasi dengan kajian awal terkait dominasi sampah makanan di beberapa provinsi, termasuk provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dari total sampah yang dihasilkan, 40-50 persennya bersumber dari sampah makanan.

"Jelas implikasinya ke emisi sangat besar, apalagi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semua pengolahannya amburadul. Sampah makanan ini kalau tertumpuk di TPA akan terurai, menghasilkan gas metana yang lebih parah dari CO2. Overall secara rata-rata lumayan besar, 7,3 persen dari total emisi," jelas Medrilzam.

Lebih lanjut Medrilzam menyampaikan, sangat penting bagi Indonesia untuk menerapkan strategi pengelolaan food loss and waste.

Bappenas sendiri telah menyetujui 5 arah kebijakan strategi pengelolaan food loss yaitu, perubahan perilaku, pembenahan penunjang sistem pangan, penguatan regulasi dan optimalisasi pendanaan, pemanfaatan food loss and waste, dan pengembangan kajian dan pendataan food loss and waste.

Strategi ini diharapkan bisa diterapkan untuk 25 tahun ke depan hingga 2045 atau tepat pada 100 tahun Indonesia merdeka.

"Makanya kami bilang harus ada afirmatif action karena implikasinya bisa kemana-mana, bisa ke ekonomi dan kemiskinan. Walau lebih di bawah apa yg disampaikan Economist Intelligence Unit, tapi ini kita harus benahi," pungkas Medrilzam.

Baca juga: Peserta Kartu Prakerja Gelombang 20 Segera Beli Pelatihan Pertama!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com