Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham Bank-bank Kecil Mengalami Penurunan Harga, Ini Penjelasan Analis

Kompas.com - 12/10/2021, 16:29 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Dalam sepekan ini, beberapa bank kecil, atau berdasarkan KBMI (Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti) 1 dengan modal inti kurang dari Rp 6 triliun, mengalami penurunan harga saham.

Beberapa saham bank kecil yang mengalami penurunan harga saham seperti, saham Bank JTrust Indonesia (BCIC) yang dalam sepekan anjlok 16,7 persen, Bank Aladin Syariah (BANK) yang dalam sepekan terjun 5,1 persen, dan Bank BPD Banten (BEKS) yang sepekan ambles 9,09 persen.

Menurut Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani, penurunan harga saham bank-bank kecil terjadi lantaran adanya rotation sector, dimana para investor pamilik saham bank kecil berpindah ke saham saham seperti perbankan besar, otomotif dan komoditas.

Baca juga: 10 Saham Paling Jeblok dalam Sepekan, Ada Jago hingga Aladin

“Turunnya harga saham bank kecil karena sector rotation, investor sekarang pindah ke sector terkait pemulihan ekonomi atau old economy, seperti perbankan besar, otomotif, dan komoditas,” ungkap Hendriko saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/10/2021).

Hendriko menyarankan, dalam menghadapi akhir tahun 2021, ada baiknya jika investor mulai melakukan switch ke saham big caps, karena ada potensi keuntungan menyambut periode window dressing di akhir tahun ini.

“Investor bisa switch ke big caps, karena ada potensi penguatan lebih lanjut ke big caps. Apalagi menjelang akhir tahun biasa ada window dressing,” tambah dia.

Hal senada diungkapkan oleh CFP Perencana Keuangan Finansialku Gembong Suwito. Menurut dia, dari sisi teknikal, memang beberapa saham bank mini mengalami penurunan akibat profit taking.

Apalagi, Juni-Agustus kemarin banyak transaksi beli (sentimen positif banyak, rencana right issu, dan digitalisasi) sehingga harga saham naik tinggi.

“Ini wajar terjadi, apalagi pasti slalu ada rotasi sektor di BEI. Akhir September sampai sekarang gantian ke blue chip dan terutama saham-saham bank besar yang terus mengalami Inflows dana asing besar dan volume pembelian yang juga tinggi. Jadi saat ini dan mendekati windows dressing saham-saham blue chips dan bank besar menarik,” jelas Gembong.

Baca juga: Akulaku Resmi Jadi Pemegang Saham Pengendali Bank Neo Commerce

Gembong mengimbau, untuk melakukan investasi atau trading, tentunya investor perlu adanya rencana dan strategi.

Hal ini karena kondisi market bisa berubah, naik atau turun, dan kita bisa melakukan antisipasi, jika harga saham tersebut tidak sesuai dengan harapan.

“Sebelum memutuskan untuk membeli maka perlu diketahui terkait dengan analisa apa yang kita gunakan, fundamental yang berfokus pada nilai suatu saham (murah atau mahal) atau teknikal (price action dan Volume perdagangannua),” ungkap dia.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com