Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga AS Mulai Berbondong-bondong Berhenti Kerja, Ada Apa?

Kompas.com - 13/10/2021, 08:13 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNN

JAKARTA, KOMPAS.com - Tuntutan terhadap fleksibilitas pekerjaan benar adanya. Banyak anggota masyarakat yang lebih memilih untuk berhenti kerja dibanding harus kembali bekerja di kantor (work from office/WFO) secara penuh. Gerakan ini mulai terjadi di Amerika Serikat (AS).

Laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) mengungkapkan, Negeri Paman Sam itu mencatat rekor terbaru dengan 4,3 juta orang memilih berhenti kerja pada Agustus 2021.

Tingkat berhenti kerja pada Agustus 2021 juga menandai tingkat berhenti tertinggi sejak 2000, saat laporan pertama kali dirilis.

Mengutip CNN, Rabu (13/10/2021), jumlah pekerja yang berhenti naik sekitar 242.000 orang dibanding bulan Juli. Sebabnya, banyak pekerja yang menuntut gaji lebih tinggi, kondisi kerja yang lebih baik, dan pengaturan kerja yang lebih fleksibel.

Baca juga: Ingat, ASN Dilarang Bepergian dan Cuti Selama 18-22 Oktober 2021

Jumlah orang yang berhenti kerja ini meningkat di bidang akomodasi dan layanan makanan, perdagangan grosir, serta pendidikan negara bagian dan lokal.

"Jika Anda tidak senang dengan pekerjaan Anda atau menginginkan kenaikan gaji, di lingkungan saat ini cukup mudah untuk mencari pekerjaan baru. Kami melihat orang-orang memilih itu," kata Kepala Ekonom PNC, Gus Faucher.

Karena banyak karyawan berhenti, perusahaan akhirnya pontang-panting mencari kandidat baru. Lowongan pekerjaan tetap berada pada angka 10,4 juta pada akhir Agustus 2021. Namun, laporan menyebutkan, jumlahnya sedikit berkurang dibanding akhir Juli 2021, atau turun sekitar 659.000 orang.

Sementara di bulan Juli, jumlah lowongan pekerjaan mencapai 11,1 juta, rekor tertinggi sejak laporan dimulai pada tahun 2000.

Kepala Ekonom di RSM, Joe Brusuelas, menuturkan, momen ini bisa menjadi zaman keemasan bagi pekerja. Banyak pekerja yang menyadari bahwa mereka punya daya tawar tinggi.

Baca juga: Luhut Terkejut Melihat Transformasi Balai Latihan Kerja

Daya tawar itu berasal dari kesediaan untuk berhenti dari pekerjaan yang tidak mereka sukai dan mencari pekerjaan baru. Pergeseran ini tidak hanya berpusat pada ekonomi sederhana, tetapi penilaian ulang yang lebih luas seputar kualitas hidup dan tujuan.

"Pekerja sekarang yakin bahwa dia memiliki kekuatan tawar dan dapat memperoleh upah yang wajar. Mereka sadar memiliki pengaruh terhadap bentuk kondisi kerja," kata Brusuelas.

Dalam jangka panjang, kata Brusuelas, transformasi tenaga kerja seperti ini akan menjadi hal yang positif. Hal ini memungkinkan lebih banyak orang menemukan kepuasan dalam karier.

Di sisi lain, ada kemungkinan para pekerja mendapatkan upah layak dan berkontribusi pada ekonomi yang lebih luas, juga mengurangi kesenjangan yang mengkhawatirkan antara kaya dan miskin.

Sebelumnya diberitakan, lebih dari 40 persen karyawan di AS akan mencari pekerjaan baru alias berhenti jika diminta kembali bekerja dari kantor penuh waktu.

Maka, tidak mengherankan bahwa perusahaan seperti Goldman Sachs baru saja mengumumkan kenaikan gaji besar sebesar 30 persen untuk merekrut karyawan baru seiring dengan keinginan kuatnya mengembalikan karyawan kerja penuh waktu di kantor.

Baca juga: Krisis Energi Kian Buruk, Harga Minyak Dunia Terus Melonjak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com