Dengan investasi sebesar itu, rasanya sulit untuk balik modal meski tiketnya seharga Rp 400.000 sekali jalan.
“Sebentar lagi rakyat membayar kereta cepat. Barang kali nanti tiketnya Rp 400.000 sekali jalan. Diperkirakan sampai kiamat pun tidak balik modal,” kata Faisal dikutip dari Kompas TV.
Faisal bercerita, saat rapat kordinasi awal proyek itu diajukan, banyak menteri yang menokak. Begitu juga dengan konsultan independen yang disewa pemerintah, Boston Consulting Group.
“Boston Consulting Group ini dibayar Bappenas bekerja untuk 2 minggu senilai 150.000 dollar AS, menolak 2 proposal (salah satunya Kereta Cepat Jakarta–Bandung),” ujar Faisal.
Baca juga: Dilema Kereta Cepat: Sampai Bandung 46 Menit, Tapi Cuma di Pinggiran
"Tetapi Rini Soemarno yang berjuang. Menteri lainnya banyak menolak, tapi Rini ngotot." tambahnya.
Rini Soemarno adalah Menteri BUMN saat itu. Namun akhirnya, proposal proyek itu lolos. Dengan catatan, dikerjakan oleh BUMN dan swasta serta tidak menggunakan uang negara sama sekali.
Janji tanpa duit APBN itu sendiri saat ini sudah diralat Presiden Jokowi. Mengingat BUMN yang terlibat di proyek tersebut kondisi keuangannya tengah berdarah-darah.
Perizinan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung juga sebenarnya sempat ditolak oleh Menteri Perhubungan saat itu, Ignasius Jonan.
Baca juga: Beda dari Jokowi, Malaysia Pilih Batalkan Proyek Kereta Cepat meski Merugi
Saat peletakan batu pertama yang dihadiri Jokowi, Jonan bahkan tidak hadir meskipun posisinya sebagai orang nomor satu di regulator perkeretaapian.
"Kesimpulannya kesalahan pucuk pimpinan," imbuh Faisal Basri.
Banyak kalangan yang menganggap, jarak Bandung-Jakarta yang hanya sekitar 150 kilometer kurang efektif dilayani dengan kereta super cepat.
Jarak pendek ini bisa berdampak pada kecepatan kereta. Belum lagi, kereta masih harus berhenti di beberapa stasiun di antara kedua kota besar tersebut.
Masalah lainnya, stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung berada jauh di pinggiran kota. Di Bandung, stasiun kereta cepat berada di Tegalluar yang masuk wilayah Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
Baca juga: Berkah BUMN China: Jadi Pemasok Utama Rel Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Sementara akses dari Tegalluar ke pusat Kota Bandung relatif cukup jauh dan merupakan daerah macet. Sejauh ini, transportasi massal penghubung Kota Bandung dan Tegalluar belum memadai.
Setali tiga uang, stasiun kereta cepat di Jakarta juga berada di kawasan Halim. Sehingga calon penumpang dari pusat kota harus menuju Halim untuk menggunakan kereta cepat.
Hal ini berbeda dengan KA Argo Parahyangan, di mana penumpang cukup ke Stasiun Gambir, sementara penumpang bisa turun di Stasiun Bandung yang lokasinya berada di jantung kota.
Kereta Cepat Jakarta Bandung juga diperkirakan sulit bersaing apabila menawarkan tiket di atas Rp 300.000.
Baca juga: Kata Faisal Basri, Sampai Kiamat Pun Kereta Cepat Tak Akan Balik Modal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.