Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendiri East Ventures: Startup yang Mau IPO Lebih Baik Listing di Indonesia

Kompas.com - 15/10/2021, 13:12 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pesatnya perkembangan ekonomi digital di Indonesia telah melahirkan banyak startup, bahkan sudah ada 7 unicorn. Para startup tersebut tentunya sangat dinanti-nanti untuk masuk ke pasar modal.

Co-founder sekaligus Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca pun mengungkapkan pandangannya terkait startup Indonesia yang ingin melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).

Menurut dia, lokasi untuk listing atau melantai di bursa mana, menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan startup agar bisa meraup dana hasil IPO dengan maksimal.

Baca juga: Ini Persiapan BEI Sambut IPO Decacorn, Unicorn, Hingga Centaur

Ia menilai, startup Indonesia tak harus melakukan dual listing dengan melantai di bursa saham Amerika Serikat, melainkan sebaiknya fokus listing di bursa saham dalam negeri saja.

Lantaran, tak semua startup Indonesia dikenal di AS, sehingga sulit untuk menarik investor karena mereka tak mengetahui fundamental perusahaan.

"Penting di mana listing. Menurut saya, enggak semua startup di Indonesia itu bisa listing di AS, karena ada ribuan perusahaan disana yang sudah lisiting, lalu tiba-tiba dari Indonesia listing, siapa yang kenal dan siapa yang bakal nulis research di sana?" kata Wilson dalam Virtual Open Book bersama media, Kamis (14/10/2021).

"Jadi enggak bisa menurut saya, mending listing di lokal, karena produknya sudah dikenal, sudah tahu manajemennya, researcher teredukasi, mereka juga ngerti marketnya, lebih bagus di lokal," lanjut dia.

Baca juga: Isu Dual Listing BUKA di AS, Ini Tanggapan Bukalapak

Wilson menilai, dengan listing di bursa lokal maka perusahaan akan menyerap dana hasil IPO dengan maksimal, sebab investor sudah mengenali perusahaan tersebut. Seperti halnya yang terjadi saat Bukalapak IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perusahaan e-commerce tersebut berhasil meraup dana segar mencapai Rp 21,9 triliun dari IPO pada 6 Agustus 2021 lalu. Ia bilang, raihan dana itu sangat besar, yang sekaligus membuktikan bahwa pasar di Indonesia cukup besar untuk IPO startup.

"Terbukti dengan Bukalapak yang bisa dapat Rp 21 triuliun. Ini angka yang gede di pasar modal, lebih gede dari Singapura, India, dan dari mana-mana. Enggak pernah kita lihat uang sebesar itu diperoleh dari market," jelasnya.

Baca juga: BEI Rayu Perusahaan Teknologi untuk IPO di Pasar Modal Indonesia

Menurut dia, IPO Bukalapak di pasar modal lokal telah membuka jalan bagi startup lainnya untuk mengambil langkah yang sama. Wilson meyakini, kedepannya akan semakin ramai startup Indonesia yang listing di pasar modal dalam negeri.

"Bukalapak sudah membuka jalan, bahwa begini loh cara listing. Nanti, pasti ke depannya (startup) akan ramai-ramai listing di Indonesia. Siap-siap saja," kata Wilson.

Sebelumnya, diketahui bahwa beberapa startup di Indonesia bakal menyusul Bukalapak dengan melakukan IPO. Seperti raksasa ride hailing GoTo dan platform e-commerce Blibli yang dikabarkan berencana mencatatkan sahamnya pada tahun depan.

Baca juga: GoTo Kuasai 4,8 Persen Saham Multipolar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com