KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Karier Anda, Tanggung Jawab Anda

Kompas.com - 16/10/2021, 09:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DUA sahabat, Ida dan Amin, baru saja lulus dari universitas dan mulai memasuki dunia kerja sebagai seorang software developer.

Ida menceritakan betapa ia sangat menikmati pekerjaannya. Ia bekerja dengan tim yang menyenangkan. Terlebih, sang pimpinan memberi kebebasan kepadanya untuk belajar hal baru dan bereksperimen.

Ia juga banyak berhubungan dengan divisi lain dan berhasil “menjual” ide-idenya kepada mereka, meskipun mengharuskan mereka mengubah cara kerjanya. Dalam hatinya, ia berkata, “Sekalian belajar public speaking.”

Ida pun aktif menghadiri seminar, baik mengenai teknologi maupun pengembangan diri. Ia optimistis dan bahagia walaupun belum ada tanda-tanda kenaikan pangkat dari organisasinya.

Sebaliknya, Amin merasa terperangkap dalam situasi toksik. Ini istilah yang ia berikan sendiri untuk organisasinya.

Ia merasa perusahaan tempatnya bekerja penuh politik kantor dan berisi orang-orang yang pandai mencari muka.

Amin tak ingin ikut “bermain” seperti rekan-rekannya. Ia juga merasa tempat kerjanya ini tidak menjanjikan karier baginya. Jangankan karier, kesempatan untuk mengembangkan ide-ide baru pun tidak pernah didapat.

Dengan melihat situasi tersebut, apakah kita bisa mengatakan bahwa ada orang yang beruntung mendapat pekerjaan di tempat kerja yang kondusif dan ada juga yang terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan? Apakah benar demikian?

Seorang ahli karier mengatakan hal yang berbeda, “Don’t wait for things to happen. Make them happen.”

Karier adalah pilihan

Ida dan Amin memang terlihat mendapatkan peruntungan yang berbeda. Namun, bukankah kita sendiri melihat bahwa Ida lebih aktif, bahkan proaktif, sedangkan Amin banyak meratapi nasibnya?

Bekerja di mana pun, bila banyak mengeluh tentang hal-hal yang ada di luar kontrol, kita akan sulit maju dibandingkan jika berfokus pada apa yang bisa dilakukan.

Kita semua menyadari bahwa dalam suatu organisasi, memang ada bagian yang mengurusi pengembangan karier. Mereka akan menyampaikan surat promosi, mutasi, pengangkatan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan formalitas karier kita.

Apakah dengan demikian mereka yang menentukan nasib kita? Apakah atasan yang menentukan karier kita?

Banyak individu merasa bahwa atasan bisa menghambat atau melancarkan kariernya. Sebenarnya, bila melihat secara obyektif, kita bisa menyimpulkan bahwa yang menentukan perkembangan karier kita adalah diri sendiri.

Para atasan hanya memfasilitasi karier kita. Kita punya pilihan untuk menjadi aktif atau pasif dalam menentukan karier sendiri.

Kita memang perlu taktis dalam menentukan karier dan pandai-pandai mendalami diri sendiri. Pasalnya, penentu hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk membuahkan hasil adalah kita sendiri.

Ada dua jalan yang bisa kita tempuh dalam karier. Pertama, menjalani individual contributor career track. Individu dapat meningkatkan keterampilan yang menunjang tugasnya sekarang sehingga keterampilannya mengental.

Kedua, management career track. Dengan cara ini, seorang individu berusaha menguasai keterampilan tingkat di atasnya sehingga ia sudah terampil ketika diserahi jabatan yang lebih tinggi dari posisinya sekarang.

Mengentalkan keterampilan (upskilling)

Dalam berkarier, kita mengenal kompetisi. Agar memiliki daya saing dalam sebuah kompetisi, seseorang harus memiliki modal besar.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman

Salah satu modal terbesar adalah keterampilan. Bila memiliki keterampilan yang lebih unggul dari yang lain, kita punya kesempatan yang lebih besar untuk maju dalam karier. Kita tidak pernah boleh merasa “mentok” dalam pengembangan keterampilan.

Ada beberapa cara untuk menghidupkan pengembangan keterampilan secara berkesinambungan.

Pertama, menjadi mentor. Dengan mengajar, kita semakin mengenal kelemahan diri dan memperbaikinya. Kita dapat menjadi mentor bagi bawahan ataupun karyawan divisi lain yang membutuhkan keahlian pengalaman kita.

Kedua, melakukan sharing mengenai bidang yang kita kuasai dalam komunitas profesional yang lebih besar. Terkadang, kita merasa tidak pede atau merasa bahwa pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki belum memadai.

Namun, tekanan untuk melakukan sharing justru akan memaksa kita untuk mendalami lagi ilmu yang dimiliki.

Ketiga, proaktif mencari modul-modul pengembangan diri, baik teknis maupun soft skill. Jangan terpaku pada bujet yang disediakan perusahaan. Pertimbangkan juga untuk mengeluarkan biaya sendiri bilamana dibutuhkan. Investasi dalam pelatihan pasti akan membuahkan hasil yang nyata.

Keempat, terus perbarui ilmu dan berita perkembangan industri yang kita jalani. Jangan hanya terbenam dengan pekerjaan dan lupa melihat perkembangan profesi ataupun industri di luar tempat kita bekerja. Hal ini memang tidak ada di job description kita, tetapi inilah yang membedakan kita dengan yang lain.

Kelima, kembangkan network yang Anda miliki, baik di dalam maupun luar perusahaan. Kita memang tidak tahu kapan network yang dimiliki akan bermanfaat dalam perkembangan karier kita. Namun, memiliki network yang baik tidak pernah merugikan.

Management career track

Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan bila ingin sukses menaiki tangga karier dalam organisasi.

Pertama, kita perlu belajar berkomunikasi secara asertif, yakni bagaimana mengungkapkan pendapat tanpa menyakiti hati orang dan mampu memersuasi orang agar “membeli ide” kita. Hal ini pun berlaku dalam berkomunikasi dengan atasan untuk mendapatkan posisi yang lebih besar tanggung jawabnya.

Kedua, berani menerima tantangan pekerjaan yang lebih besar. Sesekali kita bisa menggantikan peran atasan di suatu rapat tertentu atau pertemuan lainnya. Ini yang sering disebut shadowing. Tunjukkan pada atasan bahwa Anda reliable sehingga ia pun tidak ragu untuk mendelegasikan tugas yang lebih besar.

Ketiga, banyak orang bersikap negatif terhadap politik kantor. Padahal, ini bisa sesederhana menjalankan tata krama yang baik, seperti menjaga kesantunan berkomunikasi, bersikap responsif, dan tanggap terhadap kebutuhan orang lain.

Dari sini, kita bisa membedakan dengan jelas orang yang taktis merancang kariernya dengan mereka yang menyia-nyiakan waktu serta energinya dengan hanya berharap orang lainlah yang menentukan nasibnya.

Own it and challenge yourself. You’ll never know where you’ll end up.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com