Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chatib Basri Usul Pemerintah Pangkas Subsidi BBM dan Turunkan Harga PCR

Kompas.com - 18/10/2021, 15:42 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Senior Chatib Basri mengusulkan pemerintah untuk memangkas subsidi Bahan Bakan Minyak (BBM) dan menerapkan cukai pada bahan bakar fosil.

Dana tersebut digunakan untuk menambah bantuan kepada warga miskin, salah satunya menekan harga tes PCR, sebab harga rata-rata tes PCR yang saat ini Rp 400.000 masih lebih mahal dibanding negara lain.

"Perbandingan (dengan) negara lain PCR itu di harga Rp 400.000, masih mahal. Mungkin yang harus dilakukan adalah dibuka, dimungkinkan, sehingga tentu dengan safety yang tetap terjamin sehingga price-nya jauh lebih rendah," kata Chatib dalam webinar Bincang APBN 2022, Selasa (18/10/2021).

Baca juga: Permintaan BBM Merangkak Naik, Stok Pertamina Aman?

Pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan tahun 2013-2014 ini menuturkan, pemerintah harus terus fokus menyalurkan anggaran pada 3 aspek di masa pandemi Covid-19, yakni kesehatan, bantuan sosial, dan dukungan kepada UMKM.

Di sektor kesehatan, menurunkan harga tes PCR dan memudahkan akses PCR di daerah terpencil menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan.

Kedua hal tersebut membutuhkan dukungan dana dari pemerintah.

Adapun di sektor perlindungan sosial, pemerintah perlu memperluas dukungan sosial untuk 60 persen penduduk atau setara dengan Rp 160 juta penduduk Indonesia.

Jika rata-rata satu keluarga memiliki 4 anggota, berarti bantuan harus menyasar ke 40 juta kelapa keluarga.

Baca juga: Harga BBM Pertamina dan Shell Ada yang Turun, Mana Lebih Murah?

Nilai bansos pun perlu ditambah. Bukan hanya Rp 300.000 - Rp 600.000 per bulan, tapi langsung Rp 1 juta - Rp 1,5 juta selama 4 bulan berturut-turut.

"Dikasih Rp 1-1,5 juta. Itu kebutuhan kita. Kalau 1 bulan Rp 40 triliun, kalau kita kasih 3-6 bulan berarti Rp 120 triliun - 240 triliun. Dan menurut saya alokasinya ada," beber Chatib.

Sepakat dengan Chatib, Ekonom Senior Faisal Basri menyarankan pemerintah untuk memperluas bantuan sosial. Dananya didapat dari menghentikan sejumlah proyek, seperti food estate hingga kereta cepat Jakarta-Bandung.

Faisal mengungkapkan, masih ada sekitar 143 juta masyarakat rentan (insecure) di luar 20 juta masyarakat miskin yang iuran kesehatannya dibantu pemerintah.

Masyarakat rentan ini dikategorikan sebagai penduduk dengan pengeluaran Rp 25.000 sebelum adanya pandemi. Setelah pandemi, kemungkinan pengeluarannya jatuh lebih dalam.

Baca juga: FLPP 2021 Sudah Cair Rp 17,32 Triliun untuk 158.359 Rumah Subsidi

"Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," tandas Faisal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com