Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Merkantilisme?

Kompas.com - 19/10/2021, 18:42 WIB
Mutia Fauzia

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Merkantilisme adalah sebuah sistem ekonomi perdagangan yang berlangsung selama abad 16 hingga abad ke-18.

Dilansir dari Investopedia, merkantilisme dianut oleh negara-negara Eropa untuk sebisa mungkin memupuk kekayaan dengan meningkatkan ekspor serta mengurangi impor dengan menerapkan tarif atau bea masuk.

Artikel ini secara lebih lanjut akan mengulas mengenai apa itu merkantilisme dan dampak merkantilisme terhadap Indonesia.

Pengertian Merkantilisme

Merkantilisme sendiri berasal dari bahasa inggris merchant yang berarti pedagang.

Melalui sistem merkantilisme, sebuah negara berupaya untuk mengoptimalkan aktifitas perdagangan untuk mendapatkan keuntungan yang melimpah.

Baca juga: Grace Period Adalah Masa Tenggang Pembayaran Utang, Apa Itu?

Merkantilisme adalah paham yang mulanya populer di Eropa pada tahun 1500an. Kala itu, negara-negara Eropa meyakni, kekayaan dan kekuatan sebauh negara bisa tercapai dengan meningkatkan ekspor, untuk mengumpulkan logam mulia seperti emas dan perak.

Merkantilisme menggantikan sistem ekonomi feodal yang sebelumnya dianut di kawasan Eropa Barat.

Sebagai episentrum dari Kerajaan Britania Raya, kala itu Inggris memiliki kekayaan alam yang terbatas.

Untuk meningkatkan kekayaannya, Inggris memperkenalkan kebijakan fiskal yang mencegah negara-negara penjajah dari membeli produk luar selain produk Inggris.

Contohnya saja, Inggris mengeluarkan undang-undang yang mengatur mengenai impor gula pada tahun 1764. Undang-unang tersebut menaikkan bea masuk untuk gula rafinasi serta molase yang diimpor oleh koloni.

Dengan demikian, maka Inggris menjadi pemain tunggal atau memberikan pasar monopoli kepada petani gula negara jajahan mereka di Hinda Barat.

Di bawah sistem merkantilisme, sebuah negara kerap kali meningkatkan peran militer untuk memastikan stabilitas pasar dan ketersediaan pasokan di dalam negeri terjaga. Sebab, lewat merkantilisme, baik tidaknya perekonomian dikukur berdasarkan ketersediaan pasokan modal di negara itu.

Selain itu, penganut paham merkantilisme juga meyakini, kesehatan ekonomi sebuah negara bisa dinilai dengan tingkat kepemilikan logam mulia, seperti emas dan perak, yang jumlahnya cenderung akan meningkat mengikuti penambahan jumlah konstruksi rumah baru, hasil pertanian, serta permintaan pasar yang kuat oleh barang dan bahan baku.

Baca juga: Pengertian Profit Taking dan Cut Loss dalam Investasi Saham

Tokoh Merkantilisme

Salah satu tokoh merkantilisme yang terkenal yakni Jean-Baptiste Colbert (1619-1683). Ia merupakan pejabat setara dengan Menteri Keuangan Prancis yang mempelajari teori-teori perdagangan luar negeri dan memiliki posisi untuk mengeksekusisi ide-ide dalam teori tersebut.

Sebagai seorang penganut monarki yang taat, Colbert kala itu menyerukan strategi ekonomi yang melindungi tahta Prancis dari kelas dagang Belanda yang sedang naik daun.

Colbert juga meningkatkan ukuran angkatan laut Prancis sehingga Prancis memiliki kemampuan untuk mengontrol rute perdagangan. Harapannya, hal itu bisa membantu meningkatkan kemampuan Prancis menumbuhkan kekayaan.

Meski praktiknya terbukti tak berhasil, namun ide-idenya sangat populer hingga akhirnya dibayangi oleh teori ekonomi pasar bebas.

Selain Colbert, beberapa tokoh teori merkantilisme lainnya yakni:

  • Jean Bodin (1530-1596)
  • Thornas Mun (1571-1641)
  • Jean Baptis Colbert (1619-1683)
  • Daavid Hurne (1711-1776)
  • Sir William Petty (1623-1687)

Baca juga: Mengenal Beda ETF dan Reksa Dana Biasa yang Perlu Kamu Tahu

Dampak Merkantilisme di Indonesia

Sebelumnya diberitakan Kompas.com, merkantilisme memiliki dampak yang besar bagi Indonesia.

Pada abad semasa merkantilisme berkembang, banyak pedagang Eropa yang melakukan hubungan perdagangan dengan penduduk Indonesia.

Dalam buku Sejarah Perekonomian Indonesia (2009) karya R.Z Leirissa dkk, merkantilisme mendorong adanya kolonialisme dan imperialisme bangsa Eropa di Indonesia.

Hal itu dikarenakan, Indonesia merupakan penghasil komoditas rempah-rempah yang sangat dicari di pasar internasional.

Pada sekitar abad ke-17 Masehi mulai muncul kongsi-kongsi dagang seperti VOC (kongsi dagang Belanda) dan EIC (kongsi dagang Inggris) di Indonesia.

Kehadiran kongsi dagang Eropa di Indonesia bertujuan untuk menguasai dan memonopoli perdagangan di kawasan kepulauan Nusantara melalui jalur peperangan dan politik.

Baca juga: Mengenal Arti Tax Amnesty dan Tujuannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com