Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dongkrak Kinerja Ekspor, Menkop UKM Lepas Pengiriman Mangga Gresik ke Singapura

Kompas.com - 21/10/2021, 17:40 WIB
Elsa Catriana,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki bersama Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani didampingi Kepala Kanwil Bea Cukai Jawa Timur I Padmoyo Tri Wikanto di Gresik melepas ekspor mangga Gresik ke Singapura sebanyak 1 ton.

Ekspor ini merupakan sinergi antara Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perindag (Diskoperindag) Gresik, Direktorat Bea Cukai Jatim, Atase Perdagangan KBRI Singapura, dan  PT Galasari Gunung Sejahtera (GGS).

Baca juga: Mendag: Nilai Ekspor RI Agustus 2021 Tertinggi Sepanjang Sejarah

Diketahui, ekspor mangga ini merupakan ekspor yang kedua setelah ekspor pertama yang dilakukan pada awal tahun 2021. Mangga jenis arumanis menjadi buah favorit di Singapura bersaing dengan mangga asal Thailand.

Saat ini, beberapa varietas mangga Indonesia yang berpeluang untuk pemasaran ekspor adalah gedong, arumanis, manalagi, dan golek.

Pasar utama ekspor mangga adalah Timur Tengah, Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan China. Bukan hanya mangga, buah tropis lain seperti pisang dan melon juga permintaannya cukup tinggi dari pasar luar negeri.

“Ekspor ini menjadi tanda bahwa UMKM kita berdaya saing tinggi, mampu menembus pasar internasional di tengah pandemi Covid-19 ini. Saya sangat mengapresiasi peran aktif berbagai pihak dan inisiasi perluasan pasar ekspor produk UMKM,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam sambutannya secara virtual, Kamis (21/10/2021).

Baca juga: Digugat Yusril Soal Ekspor Benur, Ini Komentar KKP

Teten membeberkan, produksi mangga di Provinsi Jawa Timur mencapai 1.292.960 ton atau sebesar 49,8 persen dari total produksi mangga Indonesia yang mencapai 2.898.588 ton.

Diakui Teten, persaingan ekspor mangga sangat kompetitif sehingga perlu pengetahuan dan perbaikan menyeluruh. Termasuk di antaranya penanganan pascapanen, sehingga produk pertanian kita dapat bersaing dengan negara lain.

Selain itu Teten juga meminta agar ekspor produk pertanian juga tak bisa dilakukan sendiri-sendiri.

Untuk itu, para petani berlahan sempit dikonsolidasikan dalam sebuah koperasi agar tercipta corporate farming.

“Perlu dilakukan rekayasa sosial, petani lahan sempit masuk ke skala ekonomi. Perlu ditetapkan juga daerah potensi produk unggulan sebagai kawasan berikat. UMKM juga perlu diberi insentif seperti usaha besar,” tegas dia.

Baca juga: Mentan: Badan Karantina Pertanian Harus Kawal Ekspor dan Lebih Kreatif

Menurut Teten, pemerintah terus mendukung iklim usaha membaik lewat UU Cipta Kerja yang diturunkan dalam PP No 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Kemudahan berusaha dengan penyederhanaan administrasi izin ekspor, sertifikasi halal gratis, akses pembiayaan, fasilitasi promosi, pendampingan dan pelatihan usaha, hingga insentif fiskal.

Ia menyadari, saat ini kontribusi ekspor UMKM baru sekitar 14 persen masih relatif kecil dibandingkan Singapura sebesar 41 persen dan China sebesar 60 persen.

Sementara kontribusi ekspor UMKM pada 2021 ditargetkan naik menjadi 15,2 persen dan pada 2024 menjadi 17 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com