Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengetatan Regulasi China dan Krisis Energi Bayangi Pasar Saham Asia

Kompas.com - 26/10/2021, 08:30 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Isu pengetatan regulasi China terhadap beberapa sektor bisnis menjadi faktor yang cukup dominan mempengaruhi sentimen di pasar saham Asia.

Menurut Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Andrian Tanuwijaya, pengetatan regulasi terhadap beberapa sektor bisnis memang menyebabkan tekanan pada pasar saham China di tahun ini.

“Sebagai investor yang bijak sejatinya kita dapat menimbang antara dampak jangka pendek, meningkatnya volatilitas di pasar finansial, dan peluang jangka panjang yang ditawarkan oleh perekonomian dan pasar finansial China yaitu kualitas pertumbuhan ekonomi yang lebih baik,” kata Andrian.

Baca juga: IHSG Dibayangi Harga Komoditas dan Tapering, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Andrian bilang, lewat filosofi common prosperity yang dinyatakan oleh pemerintah China, pengetatan regulasi tersebut dilakukan untuk mendukung transformasi ekonomi, yang tadinya berbasis manufaktur, menjadi ekonomi berbasis konsumsi domestik.

“Pengetatan tersebut juga menekankan pada pengurangan kesenjangan sosial, peningkatan daya beli dan kesejahteraan masyarakat agar dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang lebih sehat dan berkesinambungan,” kata dia.

Dengan pengetatan tersebut Andrian, masih mempertahankan outlook positif pada pasar finansial China. Namun, tentunya dengan kebijakan tersebut beberapa sektor prioritas strategis menjadi pertimbangan kedepannya, seperti teknologi, enerfi baru terbarukan (EBT) dan infrastruktur.

“Guna meminimalisir risiko regulasi di tengah potensi volatilitas yang masih dapat ditimbulkan oleh reformasi kebijakan, dalam hal pengelolaan portofolio, maka pendekatan investasi akan condong pada sektor prioritas strategis, seperti inovasi dan teknologi, energi terbarukan, infrastruktur dan konsumsi domestik,” ucap dia.

Baca juga: Sri Mulyani Tahan Penyaluran Dana untuk 90 Pemda, Ini Penyebabnya

Di sisi lain, saat ini China dan beberapa negara lainnya seperti India sedang mengalami krisis energi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. Hal ini menyebabkan banyak negara ramai-ramai mengamankan komoditas penghasil energi seperti batu bara sehingga menyebabkan harganya naik signifikan.

Andrian menilai, kenaikan harga batu bara tersebut akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan batu bara di tanah air dalam beberapa kuartal ke depan.

“Dampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan batubara di Indonesia akan mulai terasa dalam beberapa kuartal ke depan seiring dengan semakin besarnya proporsi penjualan yang didasarkan pada harga batubara saat ini,” kata Andrian.

Andrian menambahkan, kondisi operasional dan neraca perusahaan juga jauh lebih solid karena sebagian besar perusahaan batubara sudah melakukan program efisiensi dan manajemen keuangan yang konservatif selama periode downturn beberapa tahun terakhir.

Selain itu, perlu dicatat pula, kenaikan harga komoditas dunia bukan hanya berdampak positif pada perusahaan produsen barang komoditas tersebut, tetapi juga memberikan trickle-down effect terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan melalui meningkatnya nilai ekspor dan kesejahteraan masyarakat yang berhubungan dengan sektor tersebut.

“kenaikan harga komoditas dunia juga diharapkan mampu mengembalikan keyakinan investor terhadap pasar modal Indonesia,” kata dia.

Baca juga: Belum Ada Penerbangan Internasional ke Bali, Begini Kata Sandiaga Uno

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com