Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertamina Tetap Jual Pertalite Rp 7.650 Per Liter meski Harga Sebenarnya Rp 11.000

Kompas.com - 26/10/2021, 11:55 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan harga minyak mentah dunia turut mempengaruhi harga keekonomian bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.

Namun, hingga saat ini Pertamina tidak melakukan penyesuaian untuk menaikkan harga jual ke masyarakat.

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM, Soerjaningsih mengatakan, pemerintah memang meminta Pertamina untuk saat ini tetap menjual BBM dengan harga yang sama, tak mengikuti perkembangan harga minyak mentah dunia.

Baca juga: Solar Langka di Beberapa Daerah, Pertamina Ajak Masyarakat Bijak Gunakan BBM

Hal tersebut dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat yang baru mulai pulih dari pandemi Covid-19.

"Kenaikan harga BBM ini kan sebenarnanya juga masih sulit diterima masyarakat, yang saat ini kondisinya memang sedang baru mau pulih dari Covid-19," ujar Soerjaningsih dalam konferensi pers virtual, Senin (25/10/2021).

Ia menjelaskan, seperti BBM jenis pertalite yang kini harga keekonomiannya sudah di atas Rp 11.000 per liter, tetapi Pertamina masih tetap menjual di harga Rp 7.650 per liter.

Soerjaningsih bilang, keputusan menjual Pertalite di bawah harga keekonomian, bertujuan untuk tidak membuat keresahan di masyarakat bila dilakukan kenaikan harga yang cukup tinggi mengikuti harga minyak mentah dunia.

"Sehingga Pertamina sebagai BUMN diharapkan tetap support (mendukung) kelancaran penyediaan dan distribusi BBM yang terjangkau," kata dia.

Baca juga: Solar Langka di Beberapa Daerah, Pertamina Sebut Stok Masih Cukup

Hal yang sama juga dilakukan pada BBM jenis premium, yang tetap dijual dengan harga Rp 6.450 per liter, padahal harga keekonomiannya saat ini sudah mencapai Rp 9.000 per liter.

Terkait selisih harga jual dan harga keekonomian tersebut, Soerjaningsih memastikan, pemerintah akan memberikan kompensasi kepada Pertamina agar perseroan tidak merugi.

Namun, saat ini besaran kompensasinya masih dilakukan penghitungan.

"Jadi kemungkinan pemerintah yang kira-kira ngalah lah sama rakyat biar tetap tenang, tidak ada inflasi," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com