Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Direktur Organisasi Pangan PBB Sebut 2 Persen Kekayaan Elon Musk Bisa Selesaikan Masalah Kelaparan Dunia

Kompas.com - 27/10/2021, 14:47 WIB
Mutia Fauzia

Penulis

Sumber CNN


ABU DHABI, KOMPAS.com - Direktur World Food Programme (WF) dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) David Beasley menyebut, orang terkaya di dunia yang jumlahnya sangat sedikit bisa membantu menyelesaikan masalah kelaparan dunia dengan menyumbangkan secuil kekayaan mereka.

"Para orang terkaya di dunia ini perlu untuk terlibat sesekali," ujar Beasley dalam interviewnya dengan CNN dikutip dari Kompas.com, Rabu (27/10/2021).

Secara spesifik, ia menyebut dua orang terkaya di dunia, yakni Jeff Bezos dan Elon Musk.

"Sebanyak 6 miliar dollar AS bisa membantu 42 juta orang yang benar-benar berada diambang kematian karena kelaparan bila kita tidak membantu mereka. Ini tidak serumit itu," ujar dia.

Saat ini, berdasarkan data Bloomberg Billionaire Index, nilai kekayaan Elon Musk saat ini mencapai 289 miliar dollar AS atau sekitar Rp 4.103,8 triliun (kurs Rp 14.200).

Baca juga: Hartanya Tembus Rp 4.103 Triliun, Elon Musk Lebih Berharga Dibanding ExxonMobil

Bila dihitung berdasarkan perkiraan Beasley di atas, maka Musk hanya perlu menyumbangkan sebesar 2 persen dari kekayaannya untuk membantu menyelesaikan masalah kelaparan di dunia.

Untuk diketahui, nilai kekayaan dari orang-orang terkaya di dunia nyaris meningkat dua kali lipat sejak pandemi. Secara keseluruhan, berdasarkan perhitungan Institute for Policy Studies and Americans for Tax Fairness menyebut, total kekayaan dari orang-orang terkaya di dunia mencapai 5,04 triliun dollar AS.

Beasley menyebut, seiring dengan berbagai krisis yang terjadi di dunia, mulai dari krisis perubahan iklim hingga pandemi Covid-19 membanyak banyak negara berisiko mengalami kelaparan.

Saat ini, WFP melaporkan, separuh dari populasi penduduk Afghanistan misalnya, yakni sebanyak 22,8 juta penduduk mengalami krisis kelaparan parah.

Tingkat pengangguran yang tidak terkendali serta krisis likuiditas menyebabkan negara itu mengalami krisis kemanusiaan dengan sebanyak 3,2 juta anak di bawah usia tahun terpapar risiko.

Selain itu, pemerintahan Presiden Joe Biden juga baru-baru ini mengeluarkan laporan yang isinya peringatan mengenai dampak perubahan iklim yang bakal meluas dan menjadi masalah utama banyak pemerintahan di dunia.

Baca juga: 5 Orang Terkaya di Dunia 2021 Versi Forbes, Elon Musk Posisi Pertama

Sementara itu di Ethiopia, berdasarkan laporan EFP disebutkan, sekitar 5,2 juta penduduk saat ini berada dalam kondisi darurat dan membutuhkan bantuan pangan.

Organisasi kemanusiaan seperti WFP telah berjuang untuk mendapatkan pasokan bagi mereka yang membutuhkan di wilayah tersebut, memperparah krisis.

"Saya tidak tahu dari mana mereka mendapatkan makanan itu," kata Beasley.

"Kami kehabisan bahan bakar. Kami kehabisan uang tunai, dalam hal membayar orang-orang kami dan kami kehabisan uang dan kami tidak bisa mengisi truk-truk kami," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com