Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Benarkah Inovasi Akan Meningkatkan Kinerja UMKM?

Kompas.com - 27/10/2021, 16:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat

JIKA akademisi kewirausahaan ditanya, "Bagaimana cara UMKM agar dapat meningkatkan kinerja?"

Jawabannya mungkin beraneka ragam tapi mayoritas akan menjawab dengan satu kata: berinovasi.

Ya, inovasi menjadi satu dari dua kata "sakti" di dalam kewirausahaan. Satunya lagi adalah kreativitas.

Baca juga: Berkat Pelatihan di Rumah UMi, 2 UMKM Ini Dapat Omzet 2 Kali Lipat

Kreativitas dan inovasi adalah satu paket. Keduanya menjadi pasangan yang diandalkan wirausaha untuk berkompetisi di dalam pasar yang dinamis.

Kreativitas sering diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat memikirkan dan mengembangkan ide-ide dan cara-cara baru ketika melihat masalah dan peluang sehingga hadir solusi kreatif.

Adapun inovasi dipandang sebagai kemampuan mengimplementasi ide-ide kreatif tersebut terhadap permasalahan dan peluang yang ada untuk memperbaiki dan meningkatkan kehidupan orang banyak.

Sejatinya inovasi harus diterima oleh pasar secara komersial. Tidak semata inovasi yang hebat tetapi mengabaikan aspek ekonomis.

Pengertian inovasi begitu banyak dan bervariasi. Namun yang patut diingat bahwa inovasi itu menuntut perubahan.

Baca juga: BEI Dukung UMKM Melalui Layanan Data, Ada Diskon hingga 80 Persen

Tidak ada inovasi tanpa perubahan. Tinggal bagaimana perubahan itu terjadi, apakah secara radikal atau inkremental (bertahap).

Perubahan itu juga harus mengarah pada peningkatan (improvement). Inovasi selayaknya menawarkan kebaruan yang meningkatkan kualitas proposisi produk terdahulu. Dengan kata lain inovasi itu memberikan nilai tambah.

Moen dan kawan-kawan (2019) menekankan bahwa pengukuran inovasi seperti R&D dan jumlah paten tidak dapat diterapkan pada semua usaha maka tidak sesuai untuk mengukur inovasi.

Persepsi para manajer terhadap inovasi pun berbeda-beda. Inilah yang mengakibatkan pengertian inovasi menjadi begitu bervariasi.

Baca juga: Wirausaha Sosial, Inovasi, dan Gerakan Masyarakat Sipil Berbasis Komunitas

Hubungan inovasi dengan kinerja UMKM

Keterkaitan inovasi dengan kinerja UMKM telah menjadi keniscayaan dan sejumlah penelitian telah memperlihatkan bukti empiris untuk mendukung temuan itu.

Sebuah meta analisis terhadap hasil studi di Amerika, Eropa, Asia, dan Australia mengenai keterkaitan inovasi dengan kinerja UMKM menunjukkan lima temuan menarik (Rosenbusch, Brinckmann, Bausch, 2009).

Pertama, mendorong orientasi inovasi pada organisasi memberikan dampak yang lebih positif terhadap kinerja usaha daripada menciptakan hasil proses inovasi seperti paten atau produk dan layanan inovatif.

Menanamkan orientasi inovasi pada anggota tim menjadi tugas utama yang mesti dilakukan pelaku UMKM. Kesadaran yang belum sepenuhnya tertanam.

Kedua, ketika membandingkan implikasi kinerja, dari mendedikasikan lebih banyak sumber daya untuk proses inovasi seperti pengeluaran riset dan pengembangan dengan hasil proses inovasi, ditemukan bahwa hasil proses inovasi mendorong peningkatan kinerja UMKM lebih besar.

Baca juga: Punya Peran Menjaga Stabilitas Perekonomian Negara, Perempuan Pelaku UMKM Perlu Dukungan

Konsekuensinya pelaku UMKM didorong untuk mengelola proses inovasi dengan lebih cermat dan tekun.

Ketiga, inovasi memiliki dampak yang lebih kuat di UMKM yang lebih muda daripada yang telah mapan. Usaha baru lebih memiliki kemampuan unik untuk menciptakan dan memberikan nilai yang sesuai melalui inovasi.

Keempat, proyek inovasi yang dilakukan internal meningkatkan kinerja secara substansial daripada yang melibatkan kolaborasi eksternal.

Hal ini bertolak belakang dari dorongan sejumlah pihak agar UMKM berkolaborasi dengan mitra eksternal. Pada konteks inovasi, peningkatan kinerja yang diharapkan justru tidak terjadi.

Kelima, konteks budaya di mana UMKM beroperasi berdampak pada hubungan antara inovasi dengan kinerja.

Baca juga: Ajak UMKM Go Digital, Jokowi: Bisa Jadi Rantai Pasok Dunia

Inovasi memiliki dampak positif paling kuat dalam lingkungan budaya yang dicirikan oleh kolektivisme seperti di banyak negara Asia, termasuk Indonesia di dalamnya.

Dalam budaya yang lebih individualistis seperti Amerika Serikat, hubungan antara inovasi dengan kinerja menjadi lebih lemah.

Implementasi aksi inovasi

Keterkaitan antara inovasi dengan kinerja usaha tentu tidak diragukan lagi. Keberhasilan UMKM dalam jangka panjang ditentukan oleh inovasi yang dilakukan secara berkelanjutan.

Ketika dipadukan dengan strategi yang bagus, budaya inovasi akan membentuk pendekatan yang akan meningkatkan kinerja UMKM.

Hanya UMKM inovatif yang dapat melayani kebutuhan pelanggan dan bertahan di dalam lingkungan bisnis yang turbulen dan penuh risiko dalam jangka panjang (Ndesaulwa & Kikula, 2016).

Sekalipun telah disadari bahwa inovasi memegang kunci sukses, tidak serta-merta begitu saja dijalankan, tanpa langkah-langkah sistematis.

Baca juga: Sandiaga Uno: Covid-19 Mendorong Inovasi di Dunia Kerja

Ada enam langkah yang disarankan untuk mewujudkan inovasi (Haddad, Williams, Hammoud & Dwyer, 2019) seperti dijelaskan di bawah ini.

  1. Mendorong karyawan untuk menghasilkan ide-ide baru. Ide baru adalah titik awal inovasi. Tanpa ide yang merupakan buah kreativitas, inovasi tidak akan terjadi. Pelaku UMKM harus menyediakan wadah untuk karyawan menyalurkan ide-ide baru.
  2. Menciptakan budaya inovasi. Pelaku UMKM mempromosikan budaya inovasi yang sejalan dengan tujuan usaha. Selain itu juga menjadi pelopor menerapkan ide-ide baru, dan siap dengan risiko kegagalan.
  3. Memformulasi dan mengomunikasikan visi dan tujuan yang jelas. Visi dan tujuan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan. Kejelasan tujuan mendorong seluruh karyawan yang terlibat untuk bekerja menuju "titik" yang sama.
  4. Mengevaluasi dan menguji ide baru. Walau ide adalah titik awal inovasi tetapi tidak semua ide dapat mencapai komersialisasi. Evaluasi diperlukan agar dapat mengukur kebutuhan pasar dan memperoleh tanggapan dari calon pelanggan.
  5. Mencari umpan balik yang jujur dan menerima kritik. Ini bagian yang sulit ketika pelaku UMKM menerima respons apalagi yang negatif dari calon pelanggan. Apapun tanggapan yang diterima, kritik adalah sumber untuk pengetahuan baru.
  6. Mencari dan memelihara komunikasi yang konstan dengan pelanggan. Tanpa disadari pelanggan adalah sumber daya strategis bagi UMKM. Dari merekalah diperoleh informasi mengenai produk saat ini dan potensi pengembangan masa depan. Komunikasi yang terus terjalin menjadi standar yang mesti dipenuhi.

Baca juga: Ekspor Tembus 343 Juta Dollar AS, Kemenperin Pacu Inovasi Industri Mainan Anak

Akhirnya, walau inovasi amat memengaruhi keberlanjutan dan keberhasilan UMKM, patut diingat, ini bukan satu-satunya faktor yang menentukan.

Inovasi tidak memberikan jaminan sukses. Namun tanpa berinovasi, harapan sukses akan menjauh dari kenyataan.

Franky Selamat
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com