Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lewat BLFC, Bayer Berupaya Cetak Wirausahawan Desa

Kompas.com - 27/10/2021, 17:16 WIB
Lusia Kus Anna,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Panjangnya rantai distribusi, sulit mengakses pupuk, hingga kurangnya modal, merupakan persoalan yang sering dihadapi petani. Dengan ekosistem bisnis pertanian yang berkelanjutan, petani lebih sejahtera sekaligus memperkuat ekonomi desa.

Feri Faiturahman tak pernah bercita-cita menjadi petani, bahkan pria yang awalnya berprofesi sebagai guru SMP ini sudah melanjutkan pendidikannya hingga jenjang S2 di bidang teknologi pendidikan.

Namun setelah menikah dengan sang istri di tahun 2015, ia merasa prihatin karena lahan sawah milik mertua kurang digarap.

Baca juga: Arti Wiraswasta dan Bedanya dengan Wirausaha

“Saya mulai menggarap lahan itu tanpa bekal apa pun. Hasilnya pun kurang maksimal, hanya 4-5 ton per hektar,” ujar pria berusia 36 tahun asal Serang, Banten ini.

Setahun menggarap sawah, ia pun mulai mengikuti sekolah lapang yang diadakan oleh Bayer Indonesia melalui program Better Life Farming Center (BLFC).

“Tidak cuma membeli pupuk atau pestisida, tapi juga kami ditraining dan didampingi supaya tidak salah aplikasinya, misalnya jumlah dosis pupuk yang tepat berapa,” katanya.

BLFC merupakan sebuah kios cerdas alias “toko serba ada” bagi petani, sekaligus membangun ekosistem yang mendukung pertanian.

Dalam ekosistem ini dilibatkan juga para pengumpul (off-taker), asuransi pertanian, lembaga keuangan (KUR pertanian atau fintech) yang menyediakan akses permodalan tanpa jaminan, penyedia layanan drone, serta retailer dan distributor Agri-input.

Direktur PT Bayer Indonesia dan Country Commercial Lead Crop Science Indonesia & Malaysia, Patrick Garlich mengatakan, hingga Oktober 2021 Bayer Indonesia telah berhasil mendirikan 270 Better Life Farming Centers (BLFC).

“Banyak pekerja pertanian adalah perempuan, tetapi kurang diapresiasi. Padahal mereka ini punya peran yang penting dalam pertanian, makanya kami ingin melibatkan mereka untuk dilatih kewirausahawan,” kata Patrick.

Selain itu, BLFC juga melibatkan istri-istri petani untuk diberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan kontrasepsi.

Patrick mengatakan, BLFC terbuka untuk siapa saja yang terkait dengan ekosistem pertanian, mulai dari kios lokal, BUMDES, pengumpul panen, koperasi petani, petani kunci, atau pun petani milenial.

Baca juga: Menteri Teten Ingin UMKM Jalankan Usaha dengan Pola Pikir Wirausaha

Kegiatan BLFC sendiri sangat luas, mulai dari sekolah lapang, pertemuan petani, pelatihan mengenai hama penyakit, produk, dan bisnis, hingga pelatihan tentang kesehatan reproduksi perempuan dan perawatan kesehatan mandiri.

Pada November 2021, Bayer Indonesia akan meluaskan jangkauan program ke 3 kabupaten di Nusa Tenggara Timur, yaitu: Kupang, Belu dan Timor Tengah Utara.

Khusus untuk NTT, Bayer akan menambahkan edukasi kesehatan reproduksi perempuan, keluarga berencana dan perawatan kesehatan mandiri bagi keluarga tani untuk menurunkan prevalensi stunting.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com