Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Berry Manurung
Penulis

Hobi nulis di berbagai media daring nasional dan lokal. Penulis dua buah buku yaitu Nulis Aja Kok Repot dan Daya Ungkit Bonus Demografi Indonesia. 

Belajar dari Blunder Fatal Iklan Parodi Gojek Somplak

Kompas.com - 01/11/2021, 08:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tesla dengan image kendaraan listrik revolusioner. Media Tempo dengan investigasinya. Program televisi Mata Najwa dengan wawancara yang tajam dan tanpa tedeng aling-aling menguliti narasumber, dan tentu saja brand Kompas sendiri memiliki reputasi sebagai referensi media terpercaya yang namanya diberikan oleh Si Bung Besar, Soekarno!

Pertanyaannya sekarang, apa yang bakal terjadi jika iklan “somplak” tersebut tidak dicabut? Sebagai informasi, iklan ini langsung dicabut ketika mendapat banyak protes. Gojek di media sosial juga telah meminta maaf atas insiden ini. 

Andai saja iklan itu tak segera dicabut, sangat terbuka kemungkinan brand Gojek akan terdegradasi, yang ujung-ujungnya tidak dipercaya lagi oleh pengguna. Boleh jadi, akan ada gerakan uninstall aplikasi tersebut.

Kita tahu, pembaca media Kompas adalah pembaca dari semua kalangan mulai junior hingga senior, ditambah lagi sebagain besar mereka adalah kelas profesional.

Bisa dikatakan, saat ini para pembaca utama Kompas adalah kelompok orang yang menduduki posisi manajerial strategis di berbagai tempat kerjanya, di mana tingkat pendidikan dan pengetahuannya adalah warga melek informasi.

Tak hanya melek informasi, mereka sekaligus komunitas advokat terbesar di Indonesia karena memiliki basis puluhan juta pembaca.

Boleh jadi, puluhan ribu keluarga besar media tersebut akan merasa rumahnya diledek, di mana ia hidup dan bekerja.

Besar kemungkinan, para jurnalis lapangan jika sedang membutuhkan transportasi akan beralih kepada saingan sekaligus berhenti memberitakan ride hailing tersebut.

Blunder fatal iklan Gojek bukan perihal sepele dan tak bisa diacuhkan saja bagi pucuk pimpinan perusahaan.

Andai saja manajemen Gojek tidak segera meminta maaf dan menganulir iklan tersebut, kita akan menyaksikan, bukan saja brand akan rontok di mata pengguna tapi juga menjatuhkan nilai saham perusahaan. 

Pada akhirnya, kita akan melihat perusahaan yang digembar-gemborkan menjadi pemimpin pasar Asia bisa saja jatuh terjerembab hanya karena kesalahan narasi iklan tim marketing yang terkesan masih hijau. Janganlah menjadi “Hulk”  hijau penghancur reputasi brand lain atas nama kreativitas.

Mungkin, pesan investor Warren Buffet ini perlu dibaca dan merasuk dalam pikiran tim pemasar si hijau atau bagai siapa saja yang berkecimpung dalam dunia pemasaran: price is what you pay , value is what you get! (Berry Manurung, hobi menulis di beberapa media massa dan penulis buku)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Whats New
Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com