Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PMI Catat Rekor di 57,2, BKF: Kondisi Usaha Manufaktur Terus Membaik

Kompas.com - 01/11/2021, 17:22 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indikator aktivitas manufaktur Purchasing Managers Index (PMI) bulan Oktober 2021 kembali mencapai rekor tertinggi sejak survei dimulai pada April 2011.

PMI Manufaktur konsisten menuju arah pemulihan ekonomi yang terus menguat pada angka 57,2 setelah sebelumnya berada pada 52,2 di bulan September dan di 43,7 pada bulan Agustus.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, peningkatan aktivitas sektor manufaktur bulan Oktober ini disinyalir karena penurunan kasus Covid-19 yang berakibat pada pelonggaran pembatasan aktivitas masyarakat.

Baca juga: Ikut Expo 2020 Dubai, Kemenperin:Pemerintah Dukung Sektor Manufaktur Terapkan Industri 4.0

“Angka tersebut menggambarkan kondisi usaha yang terus membaik di seluruh sektor manufaktur Indonesia," kata Febrio dalam siaran pers, Senin (1/11/2021).

Adapun per 31 Oktober 2021, kasus harian rata-rata sudah kembali ke tiga digit di angka 523 kasus harian dengan total 12.318 kasus aktif. Angka rata-rata vaksinasi harian juga sangat menggembirakan yaitu mencapai 2 juta suntikan per hari.

Saat ini, sudah ada 73,80 juta orang yang mendapatkan vaksinasi lengkap atau setara dengan 35,44 persen dari total target 208,2 juta orang untuk mendapatkan kekebalan kelompok.

"Peningkatan situasi penanganan pandemi ini merupakan hasil kerja keras semua pihak dalam penanganan pandemi. Program Pemulihan Ekonomi Nasional menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan tercatat mencapai Rp 433,91 triliun atau sebesar 58,3 persen dari alokasi Rp 744,77 triliun hingga 22 Oktober 2021," beber Febrio.

Baca juga: BI: Kinerja Sektor Manufaktur Triwulan III Terindikasi Menurun

Febrio menjelaskan, output dan permintaan baru mencatatkan rekor di bulan Oktober seiring dengan membaiknya situasi Covid-19.

Namun demikian, permintaan ekspor baru masih mengalami kontraksi karena adanya gangguan pandemi dan hambatan pengiriman (shipping) yang terus mempengaruhi permintaan ekspor.

Permintaan yang menguat, kata Febrio, membuat perusahaan manufaktur memperluas kapasitas operasi dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja untuk pertama kali dalam empat bulan.

"Baik kuantitas maupun stok pembelian mencatatkan kenaikan yang mencetak rekor. Sementara itu, stok barang jadi menurun karena tingginya permintaan belum dapat diikuti dengan kenaikan input," ucap dia.

Di sisi lain, kurangnya pasokan menyebabkan terjadinya inflasi input dalam delapan tahun terakhir, dengan banyak perusahaan menyebutkan kenaikan biaya bahan baku.

Baca juga: PMI Manufaktur RI Melejit Lampaui China dan Jepang

Kenaikan inflasi input ini membuat perusahaan meneruskan sebagian beban biaya kepada klien sehingga biaya output juga tercatat meningkat, meski lebih lambat dibandingkan September. 

Namun, secara umum, sentimen bisnis secara keseluruhan membaik didorong harapan atas terus memulihnya situasi Covid-19.

“Untuk itu, Pemerintah harus terus mempertahankan kerja kerasnya terkait penanganan Covid-19 dan vaksinasi agar kasus terus terkendali, terutama dengan adanya libur Natal di depan. Kerja sama masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan juga harus terus didorong untuk mendukung pemulihan sektor manufaktur lebih lanjut," sambung Febrio.

Ia melihat, perkembangan hingga Oktober membuat inflasi berpotensi menguat secara bertahap, seiring positifnya mobilitas masyarakat pasca pelonggaran PPKM.

Baca juga: Indeks Manufaktur Melonjak di 52,2, Kemenkeu: Bukti Industri Kembali Tumbuh Sangat Kuat

Natal dan Tahun Baru serta liburan akhir tahun menjadi momen peningkatan konsumsi sehingga dapat mendorong kenaikan inflasi.

Selain itu, risiko kenaikan harga pangan akan mendorong tekanan inflasi. Outlook inflasi 2021 diperkirakan dapat mencapai 1,8 persen (yoy).

“Seiring dengan peningkatan mobilitas, Pemerintah mengantisipasi terjadinya ledakan mobilitas yang dapat berisiko penularan wabah Covid-19 dengan menghapus cuti bersama akhir tahun dan memperketat syarat perjalanan antardaerah," tutup Febrio.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com