JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah 10 bulan berlalu, tapi kinerja emas belum kunjung membaik. Pada 29 Oktober, harga emas spot ditutup 1.783 dollar AS per ons troi.
Dibanding posisi akhir tahun, level tersebut sudah turun 6,06 persen. Penurunan ini sekaligus menjadikan emas sebagai kelas aset investasi dengan kinerja terburuk sepanjang tahun ini.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal menjelaskan, penyebab sulitnya harga emas merangkak naik adalah terus membaiknya penyebaran kasus Covid-19 secara global.
Baca juga: Makin Banyak Peminatnya, Investasi Emas Digital Menjanjikan
Di satu sisi, setiap ada ketidakpastian, safe haven yang jadi pilihan investor adalah dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih likuid.
“Dengan dolar AS yang menguat, pada akhirnya kinerja emas pun terpukul. Apalagi, bank sentral global juga sudah mulai melakukan pengetatan kebijakan moneter yang semakin menekan kinerja emas pada tahun ini,” kata Faisyal kepada Kontan.co.id, Senin (1/11/2021)
Faisyal menilai, saat ini emas tidaklah menarik untuk dijadikan pilihan investasi khususnya jangka pendek-menengah.
Dalam jangka pendek, tapering kemungkinan akan segera dimulai pada bulan ini. Pernyataan Federal Reserve yang cenderung bullish akan kembali menjadi sentimen negatif untuk emas.
Sementara untuk tahun depan, kenaikan inflasi memang berpotensi jadi katalis positif untuk harga emas.
Namun langkah bank sentral yang akan menaikkan suku bunga acuan akan menekan angka inflasi tersebut. Alhasil, Faisyal menyebut emas tidak lagi jadi pilihan yang menarik.
Ditambah lagi, dengan pemulihan ekonomi, maka investor akan risk-on dan lebih memilih instrumen saham maupun valas yang jauh lebih menjanjikan.
Baca juga: Investasi Emas Diperkirakan Masih Akan Mengilap
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.