Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Panjang OJK Mencapai Inklusi Keuangan 90 Persen

Kompas.com - 03/11/2021, 07:23 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

"Karena penyaluran pembiayaan bagi pelaku usaha kecil, mikro, bahkan ultra mikro dapat menjadi game starter untuk menggerakan kembali roda perekonomian," katanya, dalam penutupan Bulan Inklusi Keuangan 2021, Selasa (2/11/2021).

Kemudian, inklusi keuangan juga diproyeksikan mampu mendukung ketahanan ekonomi masyarakat dalam berbagai situasi dan kondisi perkonomian. Pasalnya, dengan adanya akses terhadap produk dan layanan keuangan, disertai tingkat literasi yang tinggi, peluang masyarakat untuk bertahan dari berbagai situasi semakin kuat.

Bukan hanya itu, dengan adanya akses ke produk dan layanan keuangan, Tirta menilai, masyarakat akan cenderung memiliki masa depan yang lebih baik.

Sebab, dengan adanya pemahaman yang baik tentang produk dan layanan keuangan, masyarakat diprediksi akan memiliki kebiasaan untuk menabung dan memiliki investasi untuk masa depannya.

"Oleh karena itu OJK menginginkan agar sektor jasa keuangan menjadi inklusif bagi semua lapisan masyarakat, termasuk bagi generasi penerus kita," kata Tirta.

Sementara itu Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky menjelaskan, dengan tingkat inklusi keuangan yang tinggi, perekonomian suatu negara akan semakin kuat. Sebab, inklusi keuangan mampu menciptakan pasar keuangan yang lebih dalam di suatu negara.

Baca juga: Mulai Hari Ini, Naik Pesawat Bisa Pakai Hasil Tes Antigen

"Untuk negara-negara yang pendalaman pasar cukup dalam, itu mereka relatif lebih mampu meredam shock-shock perekonomian dan sistem keuangan," ujarnya.

Dari sisi pendanaan, inklusi keuangan juga mampu menekan biayan pendanaan proyek negara. Dengan adanya tingkat penghimpunan dana yang tinggi dari inklusi keuangan, maka suku bunga kredit juga bakal menurun.

"Suku bunga utang relatif tinggi karena memang salah satu alsan utamanya pendalaman pasar kita yang relatif rendah," kata Riefky.

Inklusi keuangan belum merata

Tingkat inklusi keuangan nasional tercatat terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) tahun 2019, indeks inklusi keuangan nasional mencapai 76,19 persen.

Mengacu kepada data tersebut, angka inklusi keuangan nasional tercatat terus mengalami pertumbuhan. Tercatat pada tahun 2013 dan 2016, tingkat inklusi keuangan nasional berada pada posisi 59,74 persen dan 67,8 persen.

Baca juga: Cerita Pelaku UMKM Raup Omzet Rp 30 Juta Per Bulan Setelah Jadi Mitra Tokopedia

Walaupun terus mengalami pertumbuhan, sebaran inklusi keuangan masih belum merata. Tingkat inklusi keuangan di wilayah perkotaan jauh lebih tinggi dibanding inklusi keuangan di wilayah pedesaan.

"Akses keuangan di perkotaan telah mencapai 84 persen, jauh lebih tinggi daripada di wilayah pedesaan yang hanya 65 persen," kata Tirta.

Selain tingkat inklusi keuangan yang belum merata, hal penting lain yang perlu disoroti ialah tingkat literasi keuangan yang relatif masih rendah, yakni sebesar 38,03 persen.

Adanya kesenjangan antara tingkat inklusi dan literasi berarti sejumlah masyarakat yang telah mengakses produk dan/atau layanan keuangan, belum memahami betul produk dan/atau layanan tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com