Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

7 Langkah Kementan Antisipasi Gagal Panen Selama Musim Hujan

Kompas.com - 03/11/2021, 16:38 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Ali Jamil mengatakan, pihaknya telah menetapkan tujuh langkah tepat untuk mengantisipasi musim hujan yang mulai intens mengguyur wilayah Indonesia.

Pertama, kata dia, melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan pemerintah provinsi (pemprov) dan kabupaten atau kota, terutama daerah yang rawan banjir.

"Kedua, menginformasikan data iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) secara intensif," imbuhnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (3/11/2021).

Ketiga, lanjut Ali, mempercepat pertanaman untuk daerah dengan puncak genangan pada Desember 2021 dan Januari 2022. 

Baca juga: Lewat RJIT, Dirjen PSP Berupaya Tingkatkan Indeks Pertanaman dan Partisipasi Poktan

Keempat, sebut dia, menyiapkan pompa-pompa air pada daerah rawan banjir. Begitu pula dengan normalisasi saluran, pengaturan air melalui embung, bendungan atau DAM parit, dan long storage.

Untuk diketahui long storage merupakan bangunan penampung air dengan bentuk memanjang yang berfungsi menyimpan luapan aliran permukaan dan curah hujan sebagai sumber irigasi suplementer pada musim kemarau.

Adapun langkah kelima, kata Ali, mengerahkan brigade tanam dalam melakukan percepatan tanam. Begitu pula dengan prasarana pendukung seperti traktor, pupuk, hingga benih.

"Keenam adalah menggunakan varietas tahan genangan. Ketujuh, yaitu memanfaatkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)," katanya.

Baca juga: Terancam Gagal Panen, Mentan Sarankan Petani di Aceh Besar Miliki AUTP

Skenario antisipasi La Niña

Selan musim hujan Ali mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) juga tengah menyiapkan aspek mitigasi berupa dua skenario dalam mengantisipasi badai La Niña untuk sektor pertanian sesuai prediksi BMKG.

Pertama, sebut dia, adalah aspek forecasting. Aspek ini secara teoritis mengatasi masalah banjir dengan meminimalisir risikonya apabila kemampuan prakiraan musim dapat dilakukan lebih awal dan akurat.

"Kedua, yaitu aspek deliniasi. Artinya perlu melakukan susunan strategi antisipasi dan memfokuskan penanganan masalah banjir secara spasial dan temporal atau antarwaktu wilayah rawan banjir," ujar Ali.

Aspek deliniasi, lanjut dia, juga mengilustrasikan pergeseran dan atau peningkatan wilayah rawan banjir serta kekeringan.

Baca juga: Karawang Kekurangan Perahu Karet, Padahal Daerah Rawan Banjir Makin Meluas

Sementara itu, untuk adaptasi, Ali menyebut ada empat langkah yang telah disiapkan. Pertama, tersedianya informasi dan teknologi tentang banjir dan kekeringan.

Kedua, kebijakan dan perencanaan pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim, termasuk terhadap iklim ekstrim yakni banjir dan kekeringan.

"Ketiga adalah sistem pendukung kelembagaan pertanian yang responsif terhadap banjir dan kekeringan," kata Ali.

Keempat, imbuh dia, yakni membangun kepedulian masyarakat, mengilustrasikan pergeseran dan atau peningkatan wilayah rawan banjir dan kekeringan.

Baca juga: Pemkot Jaksel: Hampir Setiap Kecamatan Ada Titik Rawan Banjir

"Kami juga membangun sinkronisasi dan sinergitas dengan kementerian dan lembaga terkait secara partisipatif dan berkelanjutan," ujar dia.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian (mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, sektor pertanian harus terus berjalan dalam situasi dan kondisi apa pun.

"Pertanian ini tak boleh terganggu oleh apa pun. Sebab pertanian merupakan sektor yang berkaitan dengan pemenuhan hajat hidup seluruh rakyat Indonesia. Jadi, bagaimana pun situasinya, pertanian harus tetap jalan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com