Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Harga Beras Indonesia Konsisten Lebih Mahal dari Harga Internasional

Kompas.com - 03/11/2021, 17:12 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta mengatakan, harga beras Indonesia konsisten lebih mahal dari harga beras internasional.

Dia menilai, saat ini hanya terdapat fluktuasi tipis pada harga beras Indonesia secara bulanan (month-to-month). Namun hal ini tidak memengaruhi harga beras secara signifikan.

Walaupun begitu, harga beras dapat dibuat lebih terjangkau melalui mekanisme produksi dan distribusi beras yang efisien.

Baca juga: BUMN Klaster Pangan Ekspor Beras ke Arab Saudi Mencapai 140 Ton

Menurut dia, saat ini produktivitas beras dalam negeri tidak cukup tinggi untuk menjaga kestabilan harga. Produktivitas beras musiman fluktuatif sejak 2013, mencapai rata-rata hanya 5,19 ton per hektar per tahun.

"Ketidakselarasan antara masa panen dan masa-masa puncak permintaan akan beras seringkali juga menimbulkan kenaikan harga komoditas beras ini," ujar Aditya dalam keterangan, Rabu (3/11/2021).

Dia menilai, rantai pasok yang panjang dan infrastruktur yang tidak memadai untuk menjangkau jarak kepulauan Indonesia yang luas, juga turut berkontribusi dalam menyebabkan harga beras yang tinggi melalui biaya logistik yang mahal.

Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) menunjukkan harga beras pada November tahun lalu masih lebih tinggi dibandingkan November ini, masing-masing Rp 11.650 per kilogram dan Rp 11.450 per kilogram.

Sementara itu, data Food Monitor milik CIPS menunjukkan harga beras internasional (FOB Bangkok) berada di Rp 6.782 per kilogram pada November 2020 dan turun menjadi Rp 5.609 per kilogram pada bulan terbaru (Oktober 2021).

Menurut PIHPS, harga beras Indonesia di tingkat produsen bahkan sudah lebih mahal daripada harga beras internasional, yaitu Rp 8.950 per kilogram pada November 2020 dan Rp 8.600 per kilogram pada November 2021.

“Memang ada penurunan pada harga beras di Indonesia tetapi tidak signifikan dan tetap lebih mahal dari harga internasional. Harga beras internasional sendiri cenderung mengalami penurunan sejak akhir tahun 2020,” kata Aditya.

Saat ini, produktivitas beras dalam negeri tidak cukup tinggi untuk menjaga harga stabil dalam menghadapi permintaan Indonesia yang terus meningkat.

Baca juga: Harga Beras Naik di Agustus 2021, BPS: Sudah Jarang Panen Padi

Produktivitas beras musiman fluktuatif sejak 2013, mencapai rata-rata hanya 5,19 ton per hektar per tahun. Sementara pemerintah mengklaim bahwa hasil beras dalam negeri telah meningkat setiap tahun dan seringkali menghasilkan surplus beras domestik, impor beras terus dilakukan.

Aditya menambahkan, relaksasi hambatan perdagangan beras perlu dilakukan untuk memenuhi konsumsi beras nasional yang terus meningkat.

Terlepas dari klaim bahwa pasokan beras Indonesia berlimpah dan dapat diakses dengan harga terjangkau, masyarakat Indonesia masih berjuang dengan harga beras yang tinggi.

“Mengurangi hambatan perdagangan akan menjadi salah satu solusi untuk menurunkan harga di saat kebutuhan dalam negeri tidak mencukupi, karena beras dari luar negeri lebih murah dan membuka kompetisi antar importir,” ungkap Aditya.

Baca juga: Ini Temuan Ombudsman RI Terkait Cadangan Beras Pemerintah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com