Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Garuda atau Pelita, Ya Sama Saja...

Kompas.com - 03/11/2021, 21:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEMENTERIAN Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia (BUMN) telah membenarkan tentang adanya rencana untuk menyiapkan PT Pelita Air Service (PAS) sebagai maskapai berjadwal nasional menggantikan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atau GIAA.

Persiapan Pelita Air sebagai maskapai berjadwal ini adalah untuk mengantisipasi apabila restrukturisasi dan negosiasi yang sedang dijalani oleh Garuda tidak dapat berjalan mulus. "Kalau mentok ya kita tutup (Garuda), tidak mungkin kita berikan penyertaan modal negara karena nilai utangnya terlalu besar," demikian dikatakan oleh Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo seperti yang dikutip dari kantor berita Antara.

Patut dicatat adalah bahwa Garuda bukan kali ini saja mengalami masalah kesulitan keuangan, tercatat sudah berulang kali terjadi. Pada setiap saat Garuda mengalami kesulitan keuangan, maka yang terdengar adalah pemerintah menurunkan dana talangan dan mengganti jajaran manajemen.

Demikian pula setelah dana talangan diturunkan dan tim manajemen berganti, maka performa di lapangan menjadi bagus dan bahkan terlihat Garuda berhasil meraih aneka gelar penghargaan yang membanggakan seperti “The Best ini”dan “The Best itu”.

Selanjutnya terdengar kembali kabar yang muncul tentang Garuda yang mengalami kesulitan keuangan lagi. Dana talangan pun diturunkan lagi berikut jurus standar mengganti susunan manajemen. Garuda pun menjadi sehat kembali, aneka gelar The Best ini dan The Best itu mengalir lagi. Itulah kesan semantara dari gambar besar tentang apa yang terjadi dengan Garuda Indonesia.

Baca juga: Wamen BUMN: Pemerintah Tak Ingin Membuat Garuda Bangkrut

Sayangnya pada siklus kesulitan keuangan kali ini, belum sempat mekanisme menurunkan dana talangan dan pergantian tim manajemen dilakukan, Pandemi Covid-19 datang menerjang. Dapat dibayangkan di tengah turbulensi Covid-19 maskapai penerbangan yang paling sehat kondisi keuangannya pun terjungkal, apalagi Garuda yang tengah sekarat menghadapi masalah kesulitan keuangan.

Dapat dibayangkan tentang betapa parahnya kondisi Garuda Indonesia. Dana talangan tidak mungkin lagi mampu menanggulangi kesulian keuangan Garuda sekarang ini.

Kesimpulan sementara, andaikata saja tidak ada pandemi, maka persoalan kesulitan keuangan Garuda bisa saja sudah selesai dan Garuda sudah beroperasi secara normal lagi. Beroperasi normal dan siap untuk menerima lagi aneka penghargaan The Best ini dan The Best itu.

Pandemi Covid-19 datang pada waktu yang sama sekali tidak menguntungkan Garuda. Itu sebabnya, maka disiapkanlah Sang Pelita sebagai pemain cadangan untuk turun gelanggang, menggantikan peman utama yaitu Garuda.

Apabila perlakuan dalam mengelola Garuda selama ini tidak ada perubahan, maka sangat mudah mengantisipasi tentang apa yang akan terjadi. Pelita akan beroperasi normal, meraih keuntungan besar dan penghargaan The Best ini dan The Best itu akan mengalir lagi. Sampai pada satu ketika akan menghadapi lagi kesulitan keuangan.

Siklus yang telah berulang terjadi di Garuda, akan bergulir kembali, kali ini menimpa maskapa penerbangan bernama Pelita.

Baca juga: Andai Bangkrut, Posisi Garuda Digantikan Pelita Air Milik Pertamina

Mengapa akan terjadi lagi? Akan sangat mudah menjawabnya, yaitu karena akar masalah dari apa yang dialami Garuda beberapa kali dalam kesulitan keuangan tidak pernah diinvestigasi atau diaudit.

Dana talangan yang dikucurkan dan mekanisme mengganti jajaran manajemen bukanlah sebuah solusi yang berasal dari penyelidikan tentang sebab musabab mengapa kesulitan keuangan terjadi. Berita yang tersebar selalu saja tentang korupsi di era rezim orde baru, dan mark up yang terjadi ketika kontrak pengadaan dan atau penyewaan pesawat.

Istimewanya kedua penyebab yang selalu disiarkan itu tidak pernah dilakukan penyelidikan tentang mengapa bisa terjadi. Tidak pernah terungkap tentang investigasi mencari penyebab mengapa korupsi dan mark up itu bisa terjadi di Garuda. Tidak pernah terungkap tentang apa akar masalahnya.

Dengan penanganan dan pengelolaan yang tidak berubah, maka yang akan terjadi adalah apakah Garuda atau Pelita ya sama saja. Selama akar masalah mengenai kenapa kesulitan keuangan dapat terjadi, maka tidak akan pernah diperoleh solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Garuda, Pelita sama saja.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com