Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Garuda Indonesia Soal Harga Sewa Pesawat yang Kemahalan

Kompas.com - 04/11/2021, 19:11 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk buka suara soal terkait persoalan harga sewa pesawat yang kemahalan.

Persoalan ini turut menjadi perhatian Bursa Efek Indonesia (BEI) yang meminta keterangan dari perseroan.

VP Corporate Secretary & Investor Relations Garuda Indonesia Mitra Pirant menjelaskan, harga sewa pesawat perseroan pada dasarnya mengikuti nilai sewa yang berlaku di tahun saat pesawat tersebut diakuisisi.

Baca juga: Stafsus Menteri BUMN: Kami Dorong supaya Mantan Komisaris-Direksi Garuda Diperiksa KPK

Nilai itu turut mempertimbangkan jangka waktu sewa, tahun pembuatan, dan konfigurasi pesawat.

"Sehingga apabila harga sewa pesawat perseroan dibandingkan dengan harga sewa yang berlaku di pasar atau market saat ini, pasti akan lebih tinggi untuk faktor pembanding yang sama," ujar Mitra dalam keterbukaan kepada BEI yang dikutip Kompas.com pada Kamis (4/11/2021).

Selain itu, menurut Mitra, harga sewa di pasar pada dasarnya akan menurun di antaranya seiring bertambahnya usia pesawat, kondisi pasar, dan kondisi teknis pesawat tersebut.

Ia bilang, saat ini Garuda Indonesia sedang melakukan renegosiasi sewa pesawat kepada lessor sebagai bagian dari upaya restrukturisasi perseroan.

Termasuk menjajaki kemungkinan opsi skema sewa pesawat yang lebih ekonomis dengan memperhatikan kondisi referensi pasar.

Baca juga: Peter Gontha Ungkit Sewa Pesawat Garuda Kemahalan, Kementerian BUMN: Beliau Ikut Tanda Tangan

Selain itu, BEI juga menyoroti pesawat Garuda Indonesia jenis apa saja yang memiliki biaya sewa lebih tinggi dari harga normal, serta upaya negosisasi dengan lessor terkaiit pesawat tersebut.

Terkait hal itu, Mitra mengatakan, pesawat yang dimiliki perseroan spesifikasinya disesuaikan dengan perencanaan saat pesawat diakuisisi, yang diharapkan dapat mendorong peningkatan standar pelayanan dalam kaitan dengan pemenuhan standar full-service pada lingkup global.

Sementara harga pasar adalah harga yang mengasumsikan pesawat diperoleh dengan spesifikasi standar pabrikan.

"Di samping itu, variasi metode akuisisi beberapa pesawat yang dilakukan oleh perseroan pada saat itu turut mempengaruhi harga sewa secara keseluruhan," kata Mitra.

Sebelumnya, persoalan harga sewa pesawat yang kemahalan kembali mencuat setelah eks Komisaris Garuda Indonesia Peter F Gontha mengungkapkan harga sewa pesawat jenis Boeing 777 yang dibayarkan oleh maskapai pelat merah itu.

Baca juga: Fokus ke Rute Domestik, Garuda Indonesia Kerjasama Code Sharing dengan Emirates

Melaui postingan Instagram-nya @petergontha pada 28 Oktober 2021, ia menyebut, untuk pesawat jenis Boeing 777 harga sewanya di pasaran rata-ratanya 750.000 dollar AS per bulan.

Namun, Garuda Indonesia sejak awal membayar dua kali lipat yakni 1,4 juta dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com