Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute

Pendiri dan Direktur The National Maritime Institute (Namarin), sebuah lembaga pengkajian kemaritiman independen. Acap menulis di media seputar isu pelabuhan, pelayaran, kepelautan, keamanan maritim dan sejenisnya.

Menyoal Kerja Sama INA dan DP World dalam Bisnis Pelabuhan

Kompas.com - 08/11/2021, 05:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Melalui kemitraan ini konglomerasi asal Dubai, Uni Emirat Arab, itu sudah menanamkan modal di 12 terminal di beberapa pelabuhan mancanegara. Dari penelusuran yang penulis lakukan, firma asal Quebec itu merupakan lembaga investasi lembaga pensiun. Sepertinya juga tidak ahli banget dalam urusan pelabuhan. Ini catatan yang pertama.

Baca juga: Pelindo Resmi Merger, Erick Thohir: Pesan Presiden, Ini Juga Diikuti BUMN Lain

Catatan kedua, karena INA merupakan lembaga pengelola investasi tentulah mereka akan mengutip fee untuk setiap investasi yang mereka comblangi. Ini praktik yang lazim sebenarnya dalam bisnis intermediacy.

Penyalur dan penerima investasi sudah sama-sama mafhum perihal fee ini. Hanya saja, bagi penerima, yakni Pelindo, tetap saja berat karena jumlah investasinya tidak penuh akibat dipotong di sana-sini. Mata rantai rente ini pastinya akan dikompensasi dengan biaya pelayanan yang mahal kepada pengguna jasa.

Sementara itu, ada beberapa catatan untuk DP World. Pertama, operator pelabuhan ini sudah pernah masuk ke dalam bisnis Pelindo sebelumnya. Hal ini terjadi pada 2006 ketika perusahaan ini mengakuisisi 49 persen saham P&O Ports di Terminal Petikemas Surabaya  (TPS) yang kala itu masih di bawah pengelolaan Pelindo III. Ikatan bisnis ini berakhir pada 2019 karena kedua belah pihak sepakat untuk tidak memperpanjang kerja sama.

Kabarnya, BUMN pelabuhan itu tidak berniat meneruskan kerja sama karena perusahaan yang dikomandani oleh Sultan Ahmed bin Sulayem tersebut tidak patuh kepada komitmen investasi alat bongkar-muat seperti yang sudah disepakati. Pelindo III merogoh kocek Rp490 miliar untuk buyback saham yang dipegang DP World. Sedikit tentang P&O Ports, perusahaan ini kini dimiliki seratus persen sahamnya oleh DP World.

Catatan berikutnya, DP World adalah salah satu operator pelabuhan global yang sering melepas kembali (divestasi) saham dalam pelabuhan yang dikuasainya dalam waktu yang cukup singkat jika dibanding dengan praktik yang lazim dalam investasi terminal yang rata-rata sekitar 20 tahun.

Ambil contoh, korporasi ini tercatat melepas kepemilikan sahamnya terminal peti kemas Shekou, Shenzen, China, setelah menguasainya kurang dari setahun. Dalam kalimat lain, keterlibatan DP World dalam sebuah terminal/pelabuhan lebih sebagai upaya untuk membangun portofolio; terminal/pelabuhan dikuasai, terus didandani selanjutnya dijual kembali. Lagi, praktik ini sah-sah saja.

Bayangkan keadaan ini. Melalui perantaraan INA, DP World akhirnya menguasai atau menginvestasikan duitnya di salah satu pelabuhan Pelindo. Pelabuhan ini dikelola sekian lama lalu dilepas di tengah jalan karena alasan bisnis yang tidak menguntungkan atau apalah. Rasanya gimana gitu....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com