“Itu saya pelajari dari edukasi pertama saya di pasar modal. Karena saya dari kampung, Sleman-Yogyakarta saya melihat di setiap kecamatan itu pasti ada BRI. Dan jika posisi saat itu masih saya hold, keuntungannya mungkin sudah 70 persen (dari 5 tahun yang lalu), dari Rp 2.500 per saham, dan sekaran di Rp 4.250-an per saham,” jelas Bernadus.
Di PT Sucor Sekuritas, Bernadus bertugas membangun sistem online trading yang memfasilitasi nasabah perusahaan untuk melakukan trading melalui perangkat komputer, Android hingga iOS. Bernadus mengatakan, ia sempat mengalami kegagalan di tahun pertama kala mengerjakan online trading platform. Hal ini lantaran adanya perbedaan antara sistem kerja IT perbankan dengan sistem kerja IT sekuritas.
Namun dia mendapat kesempatan kedua untuk memperbaikinya. Di tahun 2018, berkat kerja keras Bernadus dan tim, PT Sucor Sekuritas berhasil meluncurkan platform online trading.
“Sebelumnya PT Sucor Sekuritas enggak punya online trading, tahun 2018 saya dan tim berhasil merilis aplikasi tersebut, dan memacu kita untuk lebih semangat lagi karena aplikasi online trading suatu saat akan booming, layaknya perusahaan Gojek, Tokopedia, dan Traveloka. Dari situ, saya juga mikir bagaimana meningkatkan penetrasi keuangan orang-orang supaya mereka eager to learn, eager to invest, dan eager to use our apps,” jelas dia.
Karir Bernadus terus melesat. ia selanjutnya naik pangkat di posisi Vice President - Head Of Business Development di tahun 2018. Kinerja yang semakin matang mendorong Bernadus menempati posisi Director Equity & Business Development di tahun 2020. Puncaknya, 7 bulan kemudian Bernadus pun didaulat menjadi CEO PT Sucor Sekuritas.
Dalam melakukan investasi, Bernadus menganut metode swing trading atau strategi jual beli saham dengan aset yang ingin diperjualbelikan akan ditahan (hold) selama beberapa hari atau beberapa minggu lalu akan dijual pada saat harga saham tersebut mencapai nilai yang tertinggi.
“Kalau saya pribadi portofolio saya lebih heavy di swing trading, itu harian sampai mingguan dan jangka pendek. Jika terjadi tren patah, saya jual. Nanti kalau sudah bottoming dan ada pantulan lagi saya buyback. Tapi yang saya trading-kan sahamnya enggak banyak, itu-itu saja kebanyakan,” ujar dia.
Baca juga: Telkom Masuk Forbes 2021 World’s Best Employer, Dirut Ririek: Bukti Kami Sudah On The Track
Tips investasi
Pria yang gemar menghabiskan waktu senggang dengan berolah raga, dan karaoke ini berpesan kepada para milenial dan Gen Z, agar bisa berinvestasi sejak dini, dan memiliki pengetahuan yang memumpuni dalam berinvestasi. Hal ini menjadi penting, agar bisa mencapai stabilitas finansial lebih awal.
Salah satu yang terpenting adalah membangun pilar dengan benar. Pertama, memastikan pemasukan atau income yang stabil, sebelum memulai investasi. Karena investasi memiliki risiko, dan tidak semua orang bisa mengendalikan risiko investasi.
Kemudian, memahami bahwa menggunakan dana panas untuk investasi sangat tidak direkomendasikan. Selanjutnya, harus memahami financial planning, dan analisis fundamental sebelum membeli saham.
“Sebelum kita beli saham, kita harus tau dulu perusahaan apa yang kita beli. Bagaimana cash flow-nya, balanced-nya, dan bagaimana profit and lost report-nya, valuasinya, dan perbandingan dengan kompetitor bagaimana, serta prospek bisnis ke depannya seperti apa,” ujar dia.
Investor juga harus memahami analisis teknikal, seperti kapan mulai masuk, dan kapan mulai keluar, kapan harus stop loss, dan kapan harus taking profit.
Bernadus pun mengungkapkan keinginannya untuk bisa mengedukasi 10 juta milinial dan Gen Z Indonesia menjadi seorang investor. Saat ini baru 50.000 – 60.000 orang yang sudah teredukasi, dan masuk sebagai jumlah nasabah di perusahaannya.
“Target saya bisa mengedukasi 10 juta anka muda di Indonesia, sehingga mereka yang tidak mengalami apa yang saya alami dulu, di mana saya dulu tidak memahami finansial, tidak tahu investasi apa saja, dan seandainya saya tau lebih dini, saya bisa lebih awal mengantisipasi kesalahan bodoh dalam hidup saya saat melakukan investasi dan pengelolaan keuangan. Mudah-mudahan tahun 2030 tercapai sehingga ekonomi Indonesia bisa menjadi lebih solid, anak mudanya cerdas, dan investasi kita semakin maju,” tegas dia.
Baca juga: Apa Itu Forbes 30 Under 30 dan Bagaimana Proses Pemilihannya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.