Ia lalu menghubungi beberapa rekan sesama pengusaha untuk ikut patungan. Sebagai pemilik perusahaan tambang terkemuka, ia cukup akrab dengan banyak pengusaha papan atas.
Baca juga: Soal Tuduhan Keruk Untung Bisnis PCR, Luhut Cium Ada Motif Politik
Rekan pengusaha yang dihubunginya adalah bos perusahaan tambang Adaro Garibaldi Thohir yang tak lain merupakan kakak dari Menteri BUMN 2019-2024 Erick Thohir.
Kemudian ia juga menghubungi pengusaha tambang batubara lainnya, yakni Pandu Patria Sjahrir yang merupakan direktur di PT Toba Bara Sejahtera Tbk.
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan sendiri diketahui memiliki saham di perusahaan tersebut. Pandu Patria Sjahrir juga tak lain merupakan keponakan Luhut.
Menurut dia, komunikasi pendirian PT GSI sebatas pada Garibaldi maupun Pandu. Dia tidak berbicara secara langsung dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan maupun Menteri BUMN Erick Thohir.
Baca juga: Klaim Luhut, PT GSI Didirikan demi Ladang Amal PCR, Bukan Cari Untung
Ia berujar, setelah pembicaraannya dengan Doni Monardo saat itu, ia bersama rekan sesama pengusaha sepakat untuk membantu menyediakan jasa tes PCR di Indonesia.
Arsjad menuturkan, saat itu dia sempat pula bertemu dengan profesor dari Oxford yang sedang berkunjung ke Indonesia. Dari pertemuan itu, pihaknya mendapatkan penjelasan mengenai pandemi Covid-19 dan tes PCR.
"Lalu kami cek siapa saja yang punya teknologi PCR waktu itu, ada China, AS, Eropa dan lain-lain. Kita akhirnya mencari akses untuk mencari mesin itu (PCR)," kata Arsjad.
"Kita lalu mikir ini suatu yang akan diberikan. Tapi mau diberikan ke mana? Apa Kemenkes atau mana. Kami mikir waktu itu kalau kita beli sesuatu lalu diberikan, biasanya suka saja hilang, atau tidak jalan lagi atau bagaimana," ujar dia.
Baca juga: Profil PT GSI, Perusahaan Milik Luhut yang Berbisnis PCR
Sehingga, saat itu pihaknya berpikir jika penyediaan jasa tes PCR dilakukan mereka sendiri saja. Perusahaan didirikan murni untuk tujuan sosial.
"Tapi waktu itu mikirnya for social things," kata Arsjad.
Luhut membeberkan alasan mengapa dirinya memilih opsi penempatan saham di perusahaan PT GSI tidak melalui yayasan meskipun tujuannya untuk amal. Ini karena sumber daya yang ada untuk mendukung program PCR berada di perusahaan tambang miliknya.
"Kenapa saya tidak menggunakan nama yayasan? Karena memang bantuan yang tersedia berada dari perusahaan. Dan memang tidak ada yang saya sembunyikan di situ," ujar Luhut melalui keterangan yang diunggah pada akun Facebook dan Instagram-nya.
Baca juga: Kereta Cepat Diguyur Duit APBN Rp 3,4 Triliun dan Utang dari China
Luhut menegaskan bahwa ia tak pernah sedikit pun mengambil keuntungan dari bisnis tersebut. Bahkan, perusahaan PT GSI banyak berperan dalam menyediakan tes PCR gratis untuk membantu masyarakat.
"Saya ingin menegaskan beberapa hal lewat tulisan ini. Pertama, saya tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia," kata Luhut.