Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Setelah Tapering, Bagaimana Prospek Kinerja Reksa Dana?

Kompas.com - 09/11/2021, 15:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Faktor-faktor di atas akan menjadi sentimen positif bagi saham sehingga diperkirakan IHSG bisa mencapai rekor baru ke level 7000an pada tahun 2022 setelah stagnan selama beberapa tahun terakhir ini.

Perkiraan Panin Asset Management untuk IHSG pada tahun 2022 adalah antara 7.400 – 7.600, sehingga diharapkan kinerja reksa dana saham dapat mencatatkan kenaikan double digit pada tahun depan.

Perlu diperhatikan, bahwa reksa dana saham memiliki volatilitas yang tinggi. Investor perlu memahami hal tersebut sebelum berinvestasi.

Prospek reksa dana berbasis obligasi

Untuk obligasi yang menjadi aset dasar reksa dana pendapatan tetap, tapering memang menjadi sentimen negatif. Sebab ada kekhawatiran berkurangnya pembelian obligasi oleh bank sentral AS akan memicu turunnya harga obligasi di AS dan kemudian menjalar ke Indonesia.

Namun untuk obligasi, perhatian investor telah beralih dari tapering ke inflasi dan suku bunga.

Setelah tapering selesai di Juni 2022, maka agenda berikutnya adalah pembahasan tentang rencana kenaikan suku bunga di AS.

Jika suku bunga di Amerika Serikat naik, maka Bank Indonesia diperkirakan juga akan mengambil langkah serupa. Memang ada pembicaraan bahwa kenaikan suku bunga AS bisa terjadi di semester II-2022 atau tahun 2023.

Secara teori, jika suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya jika suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik.

Kebijakan suku bunga sendiri juga sangat dipengaruhi oleh inflasi. Artinya jika inflasi tidak terkendali, bisa saja Bank Indonesia melakukan kenaikan bunga lebih cepat sebelum Bank Sentral AS melakukan kenaikan suku bunga.

Bisa juga, ketika inflasi sangat terkendali, Bank Indonesia punya opsi untuk menahan suku bunga meskipun Bank Sentral AS menaikkan suku bunga. Beberapa kali, kebijakan Bank Sentral Indonesia juga tidak selalu sejalan dengan Amerika Serikat karena kondisi dalam negeri.

Saat ini, inflasi Amerika Serikat sendiri bahkan sudah mencapai 5,4 persen per September 2021 akibat tingginya harga komoditas dan kelangkaan suku cadang. Angka ini jauh di atas target inflasi jangka panjang yang ditetapkan bank sentral di sekitar level 2 persen.

Untuk Indonesia sendiri yang tingkat inflasinya ditargetkan di level 3 persen plus minus 1, pada bulan Oktober 2021 malahan masih di level 1,6 persen.

Hal ini terjadi karena beberapa faktor mulai dari subsidi PPnBM untuk properti dan kendaraan bermotor, subsidi tarif listrik, harga BBM masih belum naik mengikuti harga minyak dunia dan tingkat permintaan yang masih belum kembali ke level normal.

Secara teoritis, ketika perekonomian sudah berangsur mendekati normal, ada kemungkinan subsidi tidak berlanjut. Bagaimanapun, subsidi pada harga BBM dan tarif listrik sangat menentukan tingkat inflasi.

Baca juga: Menakar Efek Tapering dan Debt Ceiling Terhadap Reksa Dana

Inflasi Indonesia pada tahun 2022 diperkirakan berada di level 2,5-3 persen. Jika angka inflasi riil lebih tinggi daripada angka tersebut, maka juga bisa menjadi sentimen negatif bagi harga obligasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com