Setelah tapering selesai di Juni 2022, maka agenda berikutnya adalah pembahasan tentang rencana kenaikan suku bunga di AS.
Jika suku bunga di Amerika Serikat naik, maka Bank Indonesia diperkirakan juga akan mengambil langkah serupa. Memang ada pembicaraan bahwa kenaikan suku bunga AS bisa terjadi di semester II-2022 atau tahun 2023.
Secara teori, jika suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun dan sebaliknya jika suku bunga turun, maka harga obligasi akan naik.
Kebijakan suku bunga sendiri juga sangat dipengaruhi oleh inflasi. Artinya jika inflasi tidak terkendali, bisa saja Bank Indonesia melakukan kenaikan bunga lebih cepat sebelum Bank Sentral AS melakukan kenaikan suku bunga.
Bisa juga, ketika inflasi sangat terkendali, Bank Indonesia punya opsi untuk menahan suku bunga meskipun Bank Sentral AS menaikkan suku bunga. Beberapa kali, kebijakan Bank Sentral Indonesia juga tidak selalu sejalan dengan Amerika Serikat karena kondisi dalam negeri.
Saat ini, inflasi Amerika Serikat sendiri bahkan sudah mencapai 5,4 persen per September 2021 akibat tingginya harga komoditas dan kelangkaan suku cadang. Angka ini jauh di atas target inflasi jangka panjang yang ditetapkan bank sentral di sekitar level 2 persen.
Untuk Indonesia sendiri yang tingkat inflasinya ditargetkan di level 3 persen plus minus 1, pada bulan Oktober 2021 malahan masih di level 1,6 persen.
Hal ini terjadi karena beberapa faktor mulai dari subsidi PPnBM untuk properti dan kendaraan bermotor, subsidi tarif listrik, harga BBM masih belum naik mengikuti harga minyak dunia dan tingkat permintaan yang masih belum kembali ke level normal.
Secara teoritis, ketika perekonomian sudah berangsur mendekati normal, ada kemungkinan subsidi tidak berlanjut. Bagaimanapun, subsidi pada harga BBM dan tarif listrik sangat menentukan tingkat inflasi.
Baca juga: Menakar Efek Tapering dan Debt Ceiling Terhadap Reksa Dana
Inflasi Indonesia pada tahun 2022 diperkirakan berada di level 2,5-3 persen. Jika angka inflasi riil lebih tinggi daripada angka tersebut, maka juga bisa menjadi sentimen negatif bagi harga obligasi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.