Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampung Iklim Jadi Andalan Pemerintah Tekan Emisi Gas Rumah Kaca

Kompas.com - 11/11/2021, 15:10 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penanganan perubahan iklim berbasis komunitas perlu melibatkan semua pihak, tak terkecuali dunia usaha. Pemerintah menilai hal ini penting untuk mendukung tercapainya target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia.

Pemerintah menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebanyak 29 persen di 2030 dengan usaha sendiri, dan 41 persen dengan dukungan kerja sama dari internasional.

Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Laksmi Dewanthi mengatakan, dalam dokumen komitmen pengurangan emisi GRK (Nationally Determined Contributions/NDC) Indonesia mengakui besarnya peran multi pihak dalam pengendalian perubahan iklim.

Hal itu diungkapkannya dalam sesi diskusi di Paviliun Indonesia pada Konferensi Pengendalian Perubahan Iklim COP26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia.

Baca juga: Menko Perekonomian: Kemitraan Ritel–UMKM Jadi Momentum Pembinaan Kualitas Produk

Ia bilang, salah satu program yang dikembangkan untuk menjalin kemitraan multi pihak dalam pengendalian perubahan iklim mulai dari tingkat nasional hingga di tingkat tapak yakni Program Kampung Iklim (Proklim).

"Proklim dikembangkan sejak 2012 dan terus diperkuat sebagai program strategi pengendalian perubahan iklim," ujarnya seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Kamis (11/11/2021).

Menurutnya, salah satu keunggulan Proklim adalah aksi adaptasi dan mitigasi yang dikembangkan berbasis kearifan lokal. Hal ini pula yang menjadikan setiap Proklim berbeda-beda antara satu dengan lainnya.

KLHK menargetkan akan ada 20.000 kampung Proklim hingga 2024 mendatang. Laksmi bilang, program tersebut menjadi jembatan untuk menerjemahkan kebijakan pengendalian perubahan iklim pada aksi kongkret di tingkat tapak.

Selain itu, Proklim juga menjadi pendekatan inovatif dari skema kemitraan publik-swasta dalam pengendalian perubahan iklim.

Ia mengatakan, Proklim terus mengalami pembaruan dan perbaikan. Diantaranya, menyediakan platform pembelajaran jarak jauh dan disediakannya instrumen perhitungan pengurangan emisi GRK di tingkat tapak atau Spectrum.

Baca juga: Jadi Produsen CPO Terbesar di Dunia, Mengapa Harga Minyak Goreng di RI Mahal?

"Sistem informasi yang disediakan juga bisa dimanfaatkan semua pihak untuk meningkatkan kapasitas stakeholder dalam pengurangan emisi GRK," kata dia.

Peran dunia usaha juga diperlukan dalam mendukung penguatan aksi adapatasi dan mitigasi perubahan iklim. Oleh sebab itu, Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas memperkuat penanganan iklim berbasis komunitas melalui program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).

Head of Corporate Social and Community Engagement APP Sinar Mas, Agung Wiyono mengatakan, program DMPA sudah dimulai sejak 2016 dan diyakini mampu menekan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sekitar desa-desa rawan sebanyak 70 persen.

Sejak awal diluncurkan, program DMPA yang dilakukan di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur kini hampir menjangkau 500 desa rawan karhutla.

"Dengan program DMPA edukasi kepada masyarakat bisa dilakukan terutama untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar," ujarnya.

Baca juga: Mendag Lutfi Sebut Perekonomian Indonesia Sudah Mulai Pulih, Ini Indikatornya

Masyarakat setempat didukung untuk mengelola lahan dengan metode agroforestri (wana tani), yakni bercocok tanam tumpangsari hortikultura tanaman pangan, peternakan, perikanan, serta industri kecil untuk olahan pangan.

Pembinaan diberikan bukan hanya soal solusi pemilihan komoditas yang terbaik, namun juga bagaimana produk tersebut bisa memasuki pasar dengan harga yang kompetitif.

“Sejumlah pelatihan kewirausahaan dan pelestarian tanaman herbal kepada masyarakat lokal, khususnya untuk perempuan, telah dilakukan agar dapat memanfaatkan berbagai tanaman herbal secara berkelanjutan,” kata Agung.

Adapun sejak 2016 hingga saat ini, sejumlah desa binaan pun telah mendapatkan penghargaan Kampung Iklim Utama, dan sudah berhasil merangkul 386 desa serta memberikan pengaruh pada 82 kelompok usaha perempuan dan memberikan manfaat pada sekitar 31.418 keluarga.

Baca juga: Dalam 5 Tahun, Investor Saham Syariah Naik 734 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com