BANDUNG, KOMPAS.com - Dalam lima tahun, jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) di sekitaran PLTA Saguling meningkat tajam menjadi 35.000 KJA.
"Padahal daya dukungnya hanya 3.000-3.500 KJA," ujar General Manager Saguling Power Generation, Operation and Maintenance Services Unit (POMU) PT Indonesia Power (IP), Rusdiansyah kepada Kompas.com di Bandung, Kamis (11/11/2021).
Rusdiansyah mengatakan, 35.000 KJA itu tidak hanya dimiliki oleh warga sekitar. Banyak investor dari Jakarta yang memiliki KJA di Saguling.
Baca juga: PLTA Kayan Cascade Bakal Tambah 3.300 MW Kapasitas EBT Terpasang
Keberadaan KJA yang banyak ini bila dibiarkan akan mengganggu PLTA Saguling. Sebab dampaknya cukup besar terhadap pendangkalan akibat sedimentasi.
Data tahun 2016, volume sedimentasi mencapai 7,83 juta m3 per tahun melebihi design rencana 4,2 juta m3 per tahun.
"Waduk dangkal ini akan berpengaruh kepada produksi air menjadi sedikit," kata dia.
Untuk itu, pihaknya bekerja sama dengan pemerintah setempat akan melakukan penertiban. Namun penertiban membutuhkan waktu lama.
"Kendala penertiban di alih profesinya, karena mereka (pemilik KJA) butuh makan," tutur Rusdiansyah.
Untuk itu secara berkesinambungan, pihaknya berupaya untuk mengalihkan mereka menjadi petani briket. Saat ini baru satu desa yang menjadi pilot project.
Mereka dilatih untuk mengubah eceng gondok menjadi briket. Harga 1 kg briket Rp 450, dalam sehari mereka bisa menghasilkan 1 ton briket. Briket tersebut dibeli oleh pihaknya sebagai bahan bakar PLTU.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.