Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Denon Prawiraatmadja
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perhubungan

Ide Segar untuk Pemulihan Transportasi Indonesia

Kompas.com - 12/11/2021, 16:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kemarin, 11 November 2021, Kadin Indonesia mengadakan webinar yang luar biasa menarik karena topiknya up to date. Yaitu terkait pemulihan industri transportasi nasional yang selama ini babak belur dihantam pandemi Covid-19.

Pembahasan pada webinar itu seputar bagaimana membantu industri transportasi dengan pembiayaan bank atau non bank untuk mempercepat pemulihan pasca pandemi covid-19.

Sudah hampir 2 tahun industri yang sangat vital ini tergolek lesu. Operatornya ada yang bangkrut, ada yang menuju bangkrut, namun ada pula yang masih bertahan.

Baca juga: Banyak yang Gagal Bayar, Operator Transportasi Butuh Keringanan Cicilan

 

Sebagai contoh, Anda mungkin pada hari-hari belakangan ini banyak mendengar dan membaca pemberitaan tentang maskapai Garuda Indonesia yang menyedihkan karena terancam bangkrut. Itu baru satu contoh. Banyak perusahaan lainnya yang bernasib serupa.

Memang tingkat keterdampakan tiap moda transportasi berbeda-beda. Transportasi yang mengandalkan pengangkutan penumpang sudah pasti terdampak sangat dalam, karena ada pengetatan perjalanan masyarakat oleh pemerintah untuk mengurangi penularan covid-19.

Seperti misalnya industri penerbangan, kapal roro (penyeberangan), kapal penumpang, kereta api, dan bus.

Jumlah penumpang menurun drastis hingga lebih dari 60 persen sehingga pendapatan mereka yang mengandalkan penjualan tiket juga pasti menurun drastis. Sementara biaya-biaya yang harus dikeluarkan operator-operator itu relatif tetap.

Ilustrasinya begini, jika tahun 2019 sebelum pandemi katakanlah jumlah penumpangnya 100 juta orang selama setahun dan tiap-tiap penumpang membayar tiket Rp 1 juta, maka pendapatan operator sebesar Rp 100 Triliun. Biaya yang dikeluarkan sekitar 75 persen atau Rp 75 triliun.

Jika penumpang turun 60 persen berarti pendapatan operator tinggal 40 persen. Sementara biaya kemungkinan hanya turun 5 persen atau masih 70 persen. Jadi ada gap atau kerugian sekitar 30 persen. Lalu bagaimana menutupi biaya-biaya tersebut?

Beberapa operator masih harus tetap beroperasi. Karena kalau tidak beroperasi, beban yang ditanggung mungkin lebih berat karena tidak ada pemasukan tapi harus menanggung biaya sewa sarana seperti pesawat, kapal, bus dll. Juga harus membiayai perawatan sarananya dan membayar gaji pegawai serta biaya-biaya lain yang tetap timbul.

Namun bagaimana kalau pendapatan operasinya tidak mencukupi membayar biaya? Tentu saja harus dicari sumber-sumber pembiayaan lain termasuk tentu saja dari pinjaman atau utang.

Baca juga: Kemenhub Ajak Pengusaha Investasi di Infrastruktur Transportasi Darat, Terutama Terminal

Sementara itu transportasi untuk pengangkutan logistik dan kargo masih bertahan. Karena pemerintah memang menginginkan angkutan logistik dan kargo tidak berhenti bahkan justru harus lebih ditingkatkan untuk mengusung keperluan masyarakat yang sementara ini tidak boleh bepergian. Namun transportasi kargo jumlahnya lebih sedikit dibanding transportasi penumpang.

Optimistis bangkit

Kembali ke acara webinar. Webinar ini juga bisa dikatakan berhasil karena ada 2 menteri yang menyampaikan kata sambutan yaitu Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Sambutan juga diberikan oleh Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid. Sementara saya kebagian untuk memberikan keynote speech. Dan kemudian dilanjutkan dengan paparan diskusi yang diberikan oleh para ketua dan wakil ketua Komite Tetap (Komtap) di bawah Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perhubungan.

Komite tetap ini ada yang membidangi transportasi udara, darat, laut, transportasi massal, kurir & logistik, sarana dan prasarana, serta hukum dan peraturan transportasi internasional. Jadi memang lengkap pembahasan dalam webinar kali ini.

Dan tentu saja juga diharapkan muncul ide-ide segar yang dapat diimplementasikan segera untuk membantu industri transportasi sehingga optimis untuk bangkit.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa industri transportasi ini adalah enabler atau penyedia solusi untuk sektor-sektor lain seperti misalnya pariwisata, manufaktur, perdagangan. Untuk itulah industri ini harus diselamatkan karena mempunyai pengaruh pada industri-industri lain seperti pariwisata, manufaktur dan perdagangan.

Menurut Pak Menteri, pemerintah telah memberikan banyak bantuan terutama untuk membantu cash flow perusahaan dan menahan gelombang PHK.

Sementara itu Ketua Kadin Indonesia Arsjad Rasjid menyatakan bahwa industri transportasi harus bisa bertahan, namun dengan bantuan berbagai pihak. Arsjad memberikan beberapa contoh di beberapa negara lain di mana industri transportasinya sudah mulai bangkit dengan bantuan dari pemerintah seperti misalnya di China, Italia, Malaysia, Florida (AS) dan Korea.

Taat hukum

Memang industri ini harus bangkit karena merupakan industri yang sangat strategis bagi sebuah negara. Perlu persiapan yang baik untuk menyongsong rebound saat pandemi usai dan pergerakan masyarakat sudah normal kembali.

Ada tiga hal yang bisa dilakukan. Yang pertama adalah relaksasi atau keringanan berbagai cicilan karena banyak operator transportasi yang gagal bayar pada periode April-Oktober 2021 ini karena turunnya jumlah penumpang. Diharapkan cicilannya diubah menjadi cicilan jangka panjang yang lebih meringankan.

Kedua, mengembalikan reputasi badan usaha transportasi yang terdampak bisnis sehingga lebih bankable dan atraktif.

Baca juga: Menhub: Penerapan Teknologi Pada Transportasi Tekan Kemacetan dan Emisi

Dan ketiga adalah proteksi dunia usaha secara hukum sehingga pandemi ini tidak menimbulkan dampak yang berkepanjangan dan bisa meringankan beban badan usaha.

Pembiayaan bank dan non bank ini sebenarnya bukan hal yang baru bagi badan usaha transportasi. Utang juga bukan merupakan hal yang tabu, asalkan bisa dipertanggungjawabkan dan dipakai untuk membiayai operasional sehingga mendapatkan penghasilan yang bisa untuk membayar utang.

Pada kondisi saat ini, di mana kondisi industri transportasi sudah sangat terpuruk, diperlukan ide-ide segar, bahkan mungkin yang out of the box. Namun demikian harus difikirkan juga dampak dari sisi hukum. Jangan sampai ide-ide briliant tersebut justru bertentangan dengan hukum yang berlaku baik nasional maupun internasional. Diperlukan banyak penyesuaian dari sisi hukum sehingga dalam pelaksanaan ide tidak menimbulkan masalah.

Misalnya terkait pembiayaan bank dan non bank ini, perlu bantuan kebijakan publik dari pemerintah dan harus disesuaikan dengan aturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta aturan-aturan lain yang terkait. Jangan sampai nanti industri transportasi sudah rebound, justru pengelolanya masuk bui karena masalah hukum.

Kita tentunya berharap saat pandemi usai merupakan hari raya kita bersama, seluruh umat manusia untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik. Demi kita semua, demi Indonesia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com