Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendanaan Fintech di ASEAN Tumbuh Tiga Kali Lipat, Tertinggi dalam Sejarah

Kompas.com - 16/11/2021, 08:40 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pendanaan teknologi keuangan (fintech) di ASEAN meningkat pesat pada tahun 2021, atau naik lebih dari tiga kali lipat dalam sembilan bulan pertama tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2020 ke rekor tertinggi dalam sejarah, yakni 3,5 miliar dollar AS atau Rp 49,7 triliun.

Berdasarkan laporan FinTech in ASEAN 2021 oleh UOB, PwC Singapore dan Singapore FinTech Association (SFA), rebound dalam pendanaan fintech didorong oleh 167 kesepakatan termasuk 13 putaran besar 1 , yang menyumbang 2 miliar dollar AS dari total pendanaan.

“Sebagian besar investor menunjukkan minat yang kuat terhadap perusahaan fintech tahap akhir, dan berkomitmen mendukung 10 dari 13 mega rounds atau putaran besar tahun ini,” kata Janet Young, Head of Group Channels and Digitalisation, UOB dalam siaran pers, Senin (15/11/2021).

Baca juga: Lewat Situs Cekfintech.id, Asosiasi Fintech Berantas Fintech Ilegal dan Investasi Bodong

Janet mengatakan, tren ini menandakan adanya pergeseran strategi investor di beberapa negara di ASEAN karena mereka mengambil pendekatan yang lebih berhati-hati dan menghindari risiko dalam mendukung perusahaan yang sudah mapan dan dipandang memiliki peluang lebih besar untuk bangkit dan menjadi lebih kuat dari pandemi.

Dengan meningkatnya pemanfaatan pembayaran digital di ASEAN, investor menaruh kepercayaan mereka pada fintech tahap akhir dari sektor pembayaran dan juga menyuntikkan dana dalam jumlah tertinggi kepada perusahaan-perusahaan fint echtersebut.

“Bergairahnya investasi industri fintech di ASEAN mendorong pendanaan hingga 3,5 miliar dollar AS tahun ini. Melihat rebound yang kuat, kemitraan antara industri perbankan, perusahaan fintech, pemain platform ekosistem, dan perluasan kawasan akan tetap berperan mendorong pertumbuhan perusahaan fintech ASEAN yang berkelanjutan,” tambah dia.

Perusahaan-perusahaan fintech yang berbasis di Singapura terus menarik pendanaan terkuat di ASEAN dan menguasai hampir setengah (49 persen) dari total 167 kesepakatan senilai 1,6 miliar dollar AS dalam pendanaan. Ini termasuk enam putaran besar atau mega rounds senilai total 972 juta dollar AS.

Tahun ini, Indonesia mempertahankan posisi kedua dengan memperoleh pendanaan sebesar 904 juta dollar AS (26 persen), diikuti Vietnam yang melonjak tajam menjadi 375 juta dollar AS dalam pendanaan (11 persen) sebagai hasil dari dua putaran besar.

Perusahaan fintech di Singapura dan Indonesia menerima pendanaan di hampir setiap kategori,  sebuah indikasi industri yang dinamis dan berkembang dengan adegan investasi yang aktif.

Shadab Taiyabi, Presiden SFA menyatakan, salah satu pendorong utama kebangkitan ini adalah pandemi yang telah mempercepat adopsi digital di Singapura dan di seluruh kawasan, serta mendorong peningkatan pembayaran digital dan mempercepat peralihan menuju kanal digital di sektor jasa keuangan.

“Singapura telah mencatatkan pendanaan paling kuat didukung oleh semakin banyaknya FinTech yang ingin mendirikan kantor pusat mereka di negara tersebut berkat adanya dukungan regulasi, peluang untuk kolaborasi pada tingkat kawasan, serta ekosistem investor yang berfokus pada perusahaan rintisan (startup)yang terus berkembang,” ujar Shadab.

Pendanaan untuk perusahaan teknologi investasi dan cryptocurrency mencatatkan pertumbuhan yang paling kuat. Dana yang disuntikkan untuk perusahaan teknologi investasi dan cryptocurrency di ASEAN mengalami pertumbuhan tahun ini dan membawa kedua kategori ke tempat kedua dan ketiga setelah pembayaran.

Ini juga pertama kalinya dalam enam tahun pinjaman alternatif telah keluar dari tiga tempat teratas dalam hal pendanaan seiring dengan meningkatnya minat dalam investasi digital dan mata uang digital di kalangan nasabah.

Dibandingkan dengan tahun 2020, tahun ini pendanaan untuk perusahaan teknologi investasi tumbuh enam kali lipat menjadi 457 juta dollar AS. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat konsumen terhadap penggunaan alat perdagangan digital dan manajemen kekayaan atau wealth management.

Menurut sebuah survei yang dilakukan UOB, PwC dan SFA, enam dari 10 konsumen ASEAN telah menggunakan alat digital seperti robo-advisors dan platform broker online untuk kebutuhan investasi mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com