BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Biznet Gio

Mengulik Perjalanan CEO Aksaramaya Sulasmo Sudharno Kembangkan Platform Literasi Digital

Kompas.com - 16/11/2021, 10:36 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Masalah minat baca di Tanah Air masih menjadi pekerjaan rumah. Meski begitu, bukan berarti tak ada harapan bagi dunia literasi untuk punya tempat di hati masyarakat, terlebih, di tengah era digital saat ini.

Minat baca masyarakat seharusnya dapat tumbuh karena media literasi kini semakin beragam. Hal ini sejalan dengan perkembangan konten digital, salah satunya buku digital.

Potensi tersebut kemudian dilirik oleh Chief Executive Officer sekaligus pendiri Aksaramaya Sulasmo Sudharno.

Hal itu diungkapkan Sulasmo saat ditemui Kompas.com di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Kamis (28/10/2021).

Baca juga: Pemuda 5 Wilayah Indonesia Timur Didorong Jadi Penggerak Literasi Digital

"Buku adalah salah satu konten yang bisa mengisi sektor digital. Sepuluh tahun lalu, tepatnya pada 2011, kami melihat buku digital punya peluang yang cukup menarik untuk dieksplorasi dan didalami," tutur Lasmo, sapaan akrabnya.

Demi menggarap buku digital, Lasmo bersama rekannya lalu mengembangkan Aksaramaya, yakni perusahaan teknologi yang fokus pada pengembangan ekosistem konten digital.

Riset terkait digitalisasi buku pun dilakukan Lasmo, mulai dari aspek keamanan, tata kelola, hingga pengembangan teknologi digital right management (DRM).

Usai melakukan persiapan dan riset, Aksaramaya pun memperkenalkan konsep buku digital melalui aplikasi bernama Moco.

Baca juga: Digitalisasi Kian Masif, Literasi Digital Perlu Diperkuat

Konsep Moco berbeda dengan aplikasi pembaca buku digital lainnya. Aplikasi ini mengusung konsep media sosial (medsos) social reading dan merupakan yang pertama di Indonesia.

Aksaramaya kemudian memperkenalkan ekosistem buku digital dan Moco ke berbagai perguruan tinggi. Sayangnya, respons terhadap inovasi ini belum disambut baik.

Lasmo menjelaskan, ada empat hal yang menyebabkan ekosistem buku digital besutan Aksaramaya sulit diterima pasar. Pertama, regulasi tentang buku digital belum ada. Kedua, mekanisme pembelian belum terbentuk.

"Ketiga, kekhawatiran penerbit yang menilai buku digital sebagai ancaman bagi terhadap buku cetak (fisik). Keempat, keamanan,” terang Lasmo.

Baca juga: Buku Digital, Inovasi Pembelajaran Perkuat Literasi Kalimantan Utara

Gandeng pemerintah

Seiring waktu berjalan, aplikasi Moco terus berkembang dengan berbagai inovasi dan pembaruan fitur. Namun, bisnis aplikasi ini belum menampakkan hasil yang signifikan.

Menurut Lasmo, hal tersebut dikarenakan behavior atau perilaku pengguna aplikasi Moco yang masih enggan merogoh kocek untuk membeli buku digital.

"Pengguna Moco saat itu 86 persen baru mau download buku yang gratis saja. Begitu disuruh bayar, malah hilang. Behavior pengguna saat itu inginnya eksis, narsis, dan gratis. Jadi, enggak ketemu konsep bisnisnya,” tambah Lasmo.

Sementara itu, lanjut Lasmo, pihaknya tetap harus mengeluarkan biaya untuk membayar penerbit, royalti penulis, dan pengembangan aplikasi.

Baca juga: Teknologi Cloud Disebut Bisa Kurangi Emisi Karbon hingga 78 Persen

Tak ingin menyerah, Lasmo pun melirik pemerintah sebagai mitra. Aksaramaya mulai menjajaki kerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pada 2016 melalui dinas perpustakaan.

Bak gayung bersambut, kerja keras Lasmo direspons positif Gubernur DKI Jakarta kala itu, Basuki Tjahaja Purnama. Pemprov DKI Jakarta sepakat bersinergi dengan Aksaramaya untuk mengembangkan perpustakaan digital pertama di Indonesia yang diberi nama iJakarta.

“Itulah pertama kali kami melibatkan dan berkolaborasi dengan pemda. Platformnya kami gratiskan, infrastrukturnya kami siapkan (cloud), dan maintenance-nya juga gratis karena berbasis cloud,” kata Lasmo.

Saat pertama kali diluncurkan, total unduhan aplikasi iJakarta mencapai 35.000 kali dengan user 20.000 orang. Sebanyak 80 persen di antaranya merupakan pengguna aktif. Waktu penggunaannya tercatat rata-rata 2-180 menit.

Baca juga: Dengan Teknologi Cloud, UKM Bisa Bertahan di Tengah Pandemi

Laris manisnya iJakarta menjadikan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) tertarik untuk mengembangkan aplikasi serupa yang diberi nama iPusnas.

Selain Perpusnas, sekitar 40-an pemda juga mulai tertarik membuat perpustakaan digital. Dua di antaranya adalah Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dengan iTangsel serta Kabupaten Ngawi dengan iNgawi.

Tak ketinggalan, lembaga dan kementerian juga turut menggandeng Aksaramaya untuk mengembangkan perpustakaan digital.

Cloud sebagai tulang punggung

Selain mengembangkan konsep bisnis, Lasmo menyadari bahwa elemen penting dalam roda usahanya adalah infrastruktur cloud.

Baca juga: Sinopsis Shadow in the Cloud, Serangan Monster di Pesawat Tempur

Seiring pertambahan jumlah perpustakaan digital dan penggunanya, Aksaramaya membutuhkan infrastruktur cloud yang canggih pula. Tujuannya, menjamin kecepatan, kemudahan, dan keamanan pengguna dalam mengakses buku digital.

Karenanya, pihak Aksaramaya pun menggandeng Biznet Gio sebagai partner penyedia layanan infrastruktur cloud. Lasmo menjelaskan, pemilihan Biznet Gio sebagai provider didasari oleh pertimbangan atas semangat yang sama.

"Partner yang tepat bagi kami tak hanya andal dari segi infrastruktur teknologinya, tetapi juga mau diajak berkolaborasi untuk membangun Indonesia unggul," lanjutnya.

Sebagai informasi, Biznet Gio merupakan provider cloud asli Indonesia yang menyediakan layanan infrastruktur digital dengan sistem komputasi, storage, network, dan solusi cloud terintegrasi yang dirancang khusus untuk kebutuhan aplikasi bisnis.

Baca juga: Perpustakaan Digital, Rujukan Khusus untuk Mahasiswa Online Learning

"Dalam sebuah kolaborasi, diperlukan kepercayaan (trust) sebagai landasan utama. Hal menarik dalam kerja sama antara Akasaramaya dan Biznet Gio adalah adanya kesamaan pandangan terkait layanan yang ingin diberikan pada masyarakat," ujarnya.

Baik Aksaramaya maupun Biznet Gio, kata Lasmo, selalu menjadikan layanan kepada masyarakat sebagai prioritas.

"Faktor itu yang sulit ditemukan pada perusahaan atau vendor cloud lain," jelasnya.

Lasmo kembali mengutarakan bahwa kolaborasi yang baik tak boleh hanya didasarkan pada aspek material atau keuntungan saja, tetapi juga kesamaan visi untuk mencapai hal yang lebih besar bagi Indonesia. Hal tersebut sedang dijalani kedua pihak.

Baca juga: Perpustakaan Digital Dukung Minat Baca

"Kalau dari segi teknologi, di luaran sana banyak yang menawarkan teknologi canggih. Namun, tidak semua vendor memiliki spirit yang sama. Lain halnya dengan Biznet Gio yang menjadikan semangat kolaborasi sebagai landasan bisnis," terangnya.

Lebih lanjut, Lasmo menjelaskan bahwa Aksaramaya dan Biznet Gio telah melakukan riset bersama untuk pengembangan pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan merilis platform teranyar bernama Edoo.id (dibaca edu), yaitu perpustakaan digital khusus untuk sekolah.

Untuk diketahui, aplikasi Edoo.id yang dapat diunduh melalui playstore maupun pada halaman website www.edoo.id ini, memiliki sejumlah fitur, mulai dari learning management system, try out, hingga media sosial (medsos) untuk sekolah.

Inovasi tersebut telah diperkenalkan dan digunakan oleh banyak sekolah di Indonesia.

Baca juga: Tren Teknologi 2021, dari Hybrid Cloud, AI, hingga Keamanan Siber

Untuk mendukung inovasi tersebut, Biznet Gio menyediakan 2 gigabita (GB) storage secara gratis ke 500 sekolah di Indonesia. Dengan inisiatif bersama dengan Biznet Gio ini, upaya Aksaramaya untuk mendukung pengembangan pendidikan di Indonesia pun dapat terwujud.

"Tak hanya itu, cloud terkait infrastruktur untuk Edu juga disiapkan sepenuhnya oleh Biznet Gio. Dengan teknologi dan infrastruktur cloud Biznet Gio, kami turut membangun pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih baik sehingga berdampak lebih luas," paparnya.

Kualitas layanan Biznet Gio

Berbicara mengenai layanan cloud, Lasmo sempat menjelaskan bahwa Aksaramaya menggunakan layanan GIO Cloud dari Biznet Gio. Layanan ini dipakai untuk memenuhi kebutuhan cloud computing dengan fungsi menyimpan data ataupun aplikasi, baik yang bersifat publik maupun privat.

Pada layanan GIO Cloud tersebut, tersedia cloud dengan sistem virtualisasi menggunakan teknologi VMWare. Sementara, untuk kebutuhan backup enterprise, menggunakan Acronis Backup.

Baca juga: Berdiri Saat Pandemi, Sekolah di Garut Ini Punya Perpustakaan Digital

Menariknya, lanjut Lasmo, teknologi cloud yang disiapkan Biznet Gio bisa dia scale-up ataupun scale-down. Teknologi ini cocok untuk mengakomodasi perpustakaan digital yang dipakai Aksaramaya guna memenuhi kebutuhan pemda.

"Kalau kurang, bisa di-scale-up. Kalau (kelebihan dan) mau dikurangi, (tinggal) di-scale-down. Teknologi ini sangat mudah dan sesuai dengan environmental yang kami butuhkan," kata Lasmo.

Sebagai pengguna layanan, Lasmo mengungkapkan bahwa Biznet Gio memberikan layanan yang lengkap. Berbagai hal yang dibutuhkan Aksaramaya dalam mengembangkan perpustakaan digital dipersiapkan secara matang oleh Biznet Gio.

Hal itu mencakup pengelolaan hardware, redundancy, network backup, dan disaster recovery. Dengan demikian, operasional aplikasi perpustakaan digital Aksaramaya berjalan dengan baik sehingga dapat memberikan layanan yang baik pula pada end user.

Baca juga: Kecanggihan iJakarta, Perpustakaan Digital yang Dibanggakan Ahok

Lasmo juga sempat mengutarakan kesannya terhadap dua pendekatan yang dilakukan Biznet Gio untuk penanganan risiko serta mitigasi kendala teknis.

Secara formal, jelas Lasmo, Biznet Gio menggunakan prosedur ticketing untuk mengakomodasi laporan masalah. Sementara, pendekatan kekinian dilakukan melalui grup komunikasi Telegram. Dengan begitu, masalah yang timbul dapat segera diatasi.

“Enggak lebih dari 2 menit, kendala yang ada sudah teratasi dengan baik oleh Biznet Gio. Kini, kami juga tidak lagi harus memikirkan sendiri bagaimana cara menambah cloud. Bila diperlukan penambahan, Biznet Gio memberikan alternatif solusi,” terangnya.

Seiring dengan penggunaan internet yang semakin luas, Lasmo berharap, Biznet Gio senantiasa mengadopsi teknologi-teknologi baru.

Baca juga: Ahok Luncurkan Aplikasi Perpustakaan Digital Pertama di Indonesia

Hal itu perlu dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat pada layanan digital yang serbacepat, mudah, dan aman.

“Tak kalah penting, kultur dan spirit kolaborasi yang sudah dimiliki Biznet Gio harus tetap dipertahankan. Teknologinya harus terus ditingkatkan sehingga semakin berdaya saing di tengah industri teknologi cloud,” kata Lasmo.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com