JAKARTA, KOMPAS.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus berupaya untuk menyehatkan kondisi keuangannya yang merugi.
Pemerintah sudah menyebut maskapai milik negara tersebut sudah dalam kondisi bangkrut secara teknis. Hal itu karena Garuda Indonesia memiliki utang yang lebih besar ketimbang asetnya.
Hingga September 2021, Garuda Indonesia memiliki liabilitas atau kewajiban yang harus dibayarkan sebesar 9,8 miliar dollar AS atau Rp 139,16 triliun (asumsi kurs Rp 14.200 per dollar AS). Sementara asetnya hanya sebesar 6,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 97,98 triliun.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (16/11/2021), Garuda saat ini tengah menyusun proses restrukturisasi, baik dari sisi keuangan maupun operasional untuk menyehatkan keuangan perseroan.
Baca juga: Kementan Sumbang PDB Besar Selama Pandemi, Kapolri: Ini Kebanggaan Tersendiri
Sejumlah aspek pun akan dioptimalkan dalam proses penyelamatan perseroan. Diantaranya dengan melakukan restrukturisasi melalui in-court settlement maupun out of court settlement lewat negosiasi dengan para kreditur. Garuda Indonesia memastikan terus melakukan komunikasi intensif serta negosiasi kepada kreditur dan lessor.
“Khusus untuk lessor, negosiasi dilakukan guna mencapai kesepakatan mengenai restrukturisasi biaya sewa dengan skema PBH (power by the hour)," tulis Manajemen Garuda.
Sementara dengan para kreditur lainnya, Garuda masih dalam proses pemaparan initial proposal untuk restrukturisasi secara bertahap dan berdiskusi lebih lanjut guna memperoleh kesepakatan. Dalam waktu dekat, Garuda akan segera menyampaikan proposal restrukturisasi kepada para kreditur.
“Perseroan saat ini telah merampungkan penyusunan proposal restrukturisasi dengan berkoordinasi dengan beberapa konsultan pendukung restrukturisasi,” ungkap Manajemen Garuda.
Baca juga: Penggunaan QRIS Diyakini Bisa Dorong Pertumbuhan Pariwisata RI
Langkah-langkah strategis juga terus dilakukan Garuda untuk menyehatkan keuangan, seperti optimalisasi rute penerbangan, simplifikasi tipe pesawat untuk mengurangi biaya serta kompleksitas maintenance, meningkatkan kontribusi kargo, serta meningkatkan pendapatan ancillary business.
Berdasarkan rencana bisnis ke depan, Garuda hanya akan memiliki 140 rute penerbangan di 2022, atau berkurang 97 rute penerbangan dari posisi di 2019 yang memiliki 237 rute penerbangan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.