Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Jakarta PPKM Level 1, Bali Level 2, Sekian Kota Level 1, 2, dan 3, Lalu Apa?

Kompas.com - 17/11/2021, 16:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JAKARTA PPKM Level 1, Bali Level 2, sekian kota Level 1, 2, dan 3 untuk kurun 16-29 November 2021, lalu apa? Persis seperti di judul, lalu apa dengan status-status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) ini?

Beriringan kabar status PPKM setiap wilayah itu, ada juga kabar pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal ketiga 2021 melambat, utang bengkak, defisit APBN masih jauh dari target kembali ke batas maksimal 3 persen maksimal pada 2023, serta segala macam rencana disinsentif bahkan ekstensifikasi dan intensifikasi perpajakan

Lagi pula, apa arti status-status kota itu bagi Indonesia secara keseluruhan, terlebih bagi upaya pemulihan ekonomi?

 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B Pandjaitan, Senin (15/11/2021), menyebutkan ada penambahan 10 kabupaten kota ke status PPKM Level 2 dan lima kabupaten kota ke PPKM Level 1 untuk dua pekan mendatang, dibanding periode PPKM sebelumnya. 

Namun, Luhut pun bilang, sepekan terakhir ada 29 persen kabupaten kota di Jawa Bali yang mencatatkan peningkatan kasus Covid-19 dibandingkan pekan lalu. Belum lagi, lanjut dia, ada 34 persen kabupaten kota di wilayah ini yang tercatat punya peningkatan jumlah pasien dirawat karena Covid-19. 

Baca juga: Luhut: PPKM Jawa-Bali Diperpanjang, 26 Kabupaten/Kota Berstatus Level 1

Jadi, Jakarta berstatus PPKM Level 1 patut disambut sebagai kabar gembira sekaligus harap-harap cemas laiknya membuka kotak pandora, bukan? Bagaimana dengan Bali, sekalipun untuk periode 16-29 November 2021 masih berada di status PPKM Level 2?

Apakah juga kota-kota lain jadi tak penting mau berstatus apa di pelevelan PPKM? Atau, sebaliknya kota-kota ini yang penting?

Pesan Presiden ke Luhut

Dalam Rapat Kabinet Terbatas (Ratas) pada Senin (8/11/2021), Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut punya pesan khusus ke Luhut sebagai Wakil Ketua Tim Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN). 

"Beliau menyampaikan bahwa kita harus betul berhati-hati dan belajar dari pengalaman negara-negara di Eropa yang mengalami lonjakan kasus harian cukup besar akibat lalainya masyarakat menerapkan protokol kesehatan,” kata Luhut, lewat konferensi pers evaluasi PPKM secara virtual, sesudah rapat itu. 

Baca juga: Pesan Jokowi ke Luhut soal PPKM: Belajar dari Lonjakan Kasus di Eropa

Waktu itu, Luhut menyebutkan bahwa konfirmasi kasus baru Covid-19 di Jawa dan Bali turun hingga 99 persen dibandingkan puncak kasus Covid-19 di Indonesia pada 15 Juli 2021. Dia pun menyebut, laju penularan (Rt) Covid-19 di Jawa berada di level 0,93 dan Bali 0,97.

Lalu?

Dalam kajian global dan lintas disiplin keilmuan, Rt lebih dari 1 berarti ada kejadian luar biasa sedang berkembang, dalam hal ini wabah. Sebaliknya, Rt kurang dari 1 diartikan bahwa wabah mulai mereda. 

Namun, sejumlah epidemiolog sejak awal pandemi Covid-19 mengaku miris dengan penggunaan data laju penularan ini oleh politisi dan media, dengan menyebutnya sudah sampai di level yang berlebihan dan tak sehat. 

Pakar virologi dari University of Kent, Inggris, Jeremy Rossman, misalnya, menjelaskan bahwa angka dalam simbol R ini tidak presisi karena lebih banyak berdasarkan asumsi.

Seperti dikutip oleh Nature di edisi 3 Juli 2020, Rossman menyebut R tidak dapat menangkap status epidemi terkini. Bahkan, dalam situasi jumlah kasus rendah angka R malah dapat melonjak-lonjak naik-turun tajam. 

Data R juga adalah angka rata-rata populasi. Ini akan rentan menyamarkan angka variasi lokal.

Contoh paling sederhana buat membayangkannya, total poin 10 dalam kumpulan 10 orang bukan berarti setiap orang pasti berkontribusi satu poin.

Bisa saja, satu orang memasok delapan poin sementara dua poin dibagi sembilan orang. Ini analogi kritis yang juga relevan dengan aneka pendekatan makro yang ketika angkanya bagus cenderung diglorifikasi.

Analogi tersebut tinggal dibawa ke ranah wilayah dan daerah. 

Seniman jalanan Media Legal menyelesaikan pembuatan mural dalam acara On & Off Pressure di Jakarta Barat, Senin (8/11/2021). KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Seniman jalanan Media Legal menyelesaikan pembuatan mural dalam acara On & Off Pressure di Jakarta Barat, Senin (8/11/2021).

Terlalu banyak perhatian atas angka R, lanjut Rossman, dapat mengaburkan pentingnya aneka langkah lain, seperti tren data kasus baru, kematian, dan pasien yang dirawat di rumah sakit, serta survei cohort yang dapat melihat jumlah orang dalam populasi saat ini yang tengah terpapar wabah atau mendata mereka yang pernah terpapar sebelumnya. 

Suara lebih keras dinyatakan pakar penyakit menular dari University of Edinburgh, Mark Woolhouse, di tulisan Nature tersebut. Menurut dia, epidemiolog cenderung tak mau menonjolkan angka R tetapi sebaliknya politisi tampak menggenggam angka-angka ini dengan sangat antusias. 

"Kami khawatir bahwa kita telah menciptakan monster. (Angka) R tidak memberi tahu kita tentang apa yang kita perlu tahu untuk mengelola (wabah) ini," kata Woolhouse seperti dikutip dalam artikel Nature tersebut. 

Nature edisi itu pun mengupas asal-usul indikator R—baik R0 yang merujuk ke penyebaran awal dan Rt dalam perkembangan kasus sesudahnya—yang bermula sekira abad lalu dari riset tentang pertumbuhan penduduk, yaitu untuk mengukur populasi bertambah atau tidak.

Prinsip yang sama dipakai dalam melihat kasus wabah, untuk mengukur penyebaran infeksi di dalam populasi. Asumsi yang dipakai, jika R adalah 2 maka diartikan dua orang yang terinfeksi suatu penyakit secara rata-rata akan menginfeksi empat orang lain, yang juga kemudian menginfeksi lagi delapan orang beda lagi, dan seterusnya.

Ukuran ini memungkinan pembuat pemodelan untuk menakar tingkat penyebaran, bukan kecepatan pertumbuhan infeksi. Kecuali pengujian populasi di seluruh wilayah dilakukan secara teratur, epidemiolog tidak dapat mengukur R—sebagai laju penyebaran—secara langsung.

Karenanya, langkah yang jamak dilakukan pembuat pemodelan pada umumnya adalah menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu melihat jumlah kasus dan angka kematian pada saat ini dan kurun sekian waktu sebelumnya, kemudian membangun sejumlah asumsi dari situ lalu menurunkannya sebagai angka R. 

Meskipun, Nature juga menggarisbawahi bahwa di awal pandemi angka R0 sangat penting bagi pemodelan untuk mengenali cara suatu penyakit menyebar atau menular.

Warga melintas di dekat mural bertemakan Covid-19 di Petamburan, Jakarta Pusat, Rabu (21/7/2021). ANTARA FOTO/RIVAN AWAL LINGGA Warga melintas di dekat mural bertemakan Covid-19 di Petamburan, Jakarta Pusat, Rabu (21/7/2021).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com