JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan menahan suku bunga acuan di level 3,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI November 2021.
Asal tahu saja, BI menggelar RDG pada tanggal 17 November 2021 hingga 18 November 2021. Gubernur BI Perry Warjiyo kemudian akan membacakan hasil RDG ini pada Kamis (18/11).
Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, masih bertahannya suku bunga acuan di level terendah sepanjang sejarah tersebut didorong oleh kondisi terkini, yaitu terkait inflasi yang rendah dan kondisi yang terkendali.
Baca juga: Lagi, Gubernur BI Minta Perbankan Turunkan Suku Bunga Kredit
“Inflasi masih rendah dan terkendali, kondisi ekonomi juga masih terkendali,” ujar David kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Seperti kita ketahui, tingkat inflasi dari awal tahun 2021 hingga Oktober 2021 tercatat 0,93 persen year to date (ytd) dengan inflasi tahun ke tahun pada Oktober 2021 berada di level 1,66 persen yoy.
Ini masih lebih rendah dari perkiraan inflasi bank sentral pada sepanjang tahun ini yang sebesar 2 persen yoy hingga 4 persen yoy.
Akan tetapi, David mengingatkan bahwa Indonesia tetap harus waspada terkait kondisi inflasi yang bisa meningkat, terutama pada tahun 2022.
Hal ini disebabkan oleh adanya transmisi dari lonjakan inflasi negara-negara lain, seperti China dan Amerika Serikat (AS) yang sudah duluan mencatat peningkatan inflasi.
“Bisa saja inflasi yang terjadi di negara-negara lain merembes dan tertransmisi di tahun depan. Jadi, harus waspada,” tutur David.
David pun memperkirakan kondisi suku bunga rendah ini akan bertahan hingga akhir tahun 2021. BI baru akan meningkatkan suku bunga acuannya secara berkala pada paruh kedua tahun depan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.