Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

INACA Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 70 Juta pada 2022

Kompas.com - 18/11/2021, 19:58 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah berdampak signifikan terhadap kinerja industri penerbangan Indonesia selama dua tahun terakhir. Meski demikian, Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia National Air Carriers Association/INACA) meyakini adanya pemulihan pada 2022.

Optimisme tren pemulihan tersebut didorong pemulihan jumlah penumpang di semester II-2021, seiring dengan semakin rendahnya penerapan level PPKM. Hal itu membuat INACA memproyeksi pergerakan penumpang pesawat bisa mencapai 70 juta pada tahun depan.

"Di 2021 pergerakan penumpang itu tumbuh positif di atas 50 persen dibandingkan 2020," ujar Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja dalam acara Rapat Umum Anggota (RUA) INACA 2021, Kamis (18/11/2021).

Ia mengatakan, keberlanjutan perbaikan pergerakan penumpang di tahun depan akan turut dipengaruhi kondisi penanganan pandemi Covid-19. Mulai dari penerapan protokol kesehatan, kebijakan PPKM, hingga perkembangan program vaksinasi nasional.

Baca juga: Ekspor Produk Olahan Pertanian Capai Rp 518,85 Triliun pada Januari-Oktober 2021

INACA pun telah menyusun laporan terkait prospek industri penerbangan nasional. Pemulihan industri penerbangan domestik diprediksi mulai membaik pada 2022, meski baru akan kembali ke level optimal pada 2024.

Sementara penerbangan internasional diprediksi mulai membaik pada akhir 2023, yang kemudian kembali ke level optimal pada 2026.

"Proyeksi di 2022, apabila mata rantai penyebaran Covid-19 ini bisa dikendalikan dengan protokol kesehatan dan vaksinasi, tentu kami berharap di 2022 bisa memberikan pergerakan penumpang yang lebih baik dari 2021," kata dia.

Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto menambahkan, prospek industri penerbangan di 2022 masih dibayangi kekhawatiran terjadinya gelombang ketiga pandemi Covid-19 akibat euforia liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Sebab, lonjakan kasus akan membuat pemerintah kembali memperketat mobilitas masyarakat.

"Kalau lihat kondisi 2021 sudah ada perbaikan, tapi di akhir tahun memang ada kekhawatiran semacam euforia liburan Nataru yang bisa meningkatkan kasus, karena d negara-negara lain pun juga sama akibat adanya euforia perjalanan bebas," ungkapnya.

Baca juga: Menhub Minta INACA Dukung Transportasi Udara di Wilayah 3TP

Meski demikian, kebijakan pemerintah dalam penanganan Covid-19 di akhir tahun diharapkan bisa menekan potensi lonjakan kasus. Adapun pemerintah berencana menerapkan PPKM Level 3 di seluruh wilayah selama 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022.

Di sisi lain, yang juga perlu ditingkatkan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional di 2022, terutama pada sektor penerbangan yakni tingkat vaksinasi. Bayu bilang, level cakupan vaksinasi dosis dua harus dikejar ke 70 persen di 2022 dari saat ini yang mencapai 40 persen.

Menurutnya, vaksinasi Covid-19 menjadi game changer yang mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk melakukan perjalanan, termasuk penggunaan pesawat. Selain itu, vaksinasi dapat menekan laju penularan sehingga ke depannya penerapan PPKM bisa terjaga di level 1 dan 2.

"Kuncinya dari tingkat rate vaksinasi cukup tinggi atau tidak, termasuk program booster atau suntikan ketiga, ini akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan (di industri penerbangan). Kalau itu berhasil dilakukan, perhitungan kami dari statistik yang ada, kemungkinan jumlah penumpang bisa mencapai 60-70 juta di 2022," jelas Bayu.

Meski demikian lanjutnya, pemulihan jumlah penumpang pesawat di tahun depan akan ditopang oleh penerbangan domestik. Sebab, pergerakan turis asing masih akan terbatas karena kebijakan sejumlah negara yang masih membatasi penerbangan.

Begitu pula dari segmen korporasi, penumpang dengan tujuan perjalanan dinas diproyeksi berkurang seiring dengan perkembangan digitalisasi, di mana pertemuan bisa dilakukan secara virtual tanpa pertemuan fisik.

"Jadi 2022 masih pertumbuhan dari faktor domestik. Tapi kembali lagi, pandemi ini jadi faktor koreksi, dengan asumsi dan parameter yang sama, belum tentu kami bisa mengikutinya, karena bisa saja di 1-2 bulan ke depan tiba-tiba ada perubahan (kebijakan) protokol kesehatan dan pembatasan pergerakan," pungkasnya.

Baca juga: Segera Salurkan Subsidi KPR, BNI Kirimkan Pesan ke Nasabah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com