Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Tak Jadi Negara Berpendapatan Rendah Setelah Pandemi, Luhut Sebut Kuncinya Hilirisasi SDA

Kompas.com - 19/11/2021, 10:47 WIB
Ade Miranti Karunia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia bakal dihadapkan pada tantangan ekonomi yang lebih besar setelah pandemi.

Dibutuhkan pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen untuk dapat mencapai visi Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi sebelum tahun 2045.

Untuk mencapai sasaran tersebut, Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan model ekonomi masa lalu, yang hanya mengandalkan ekspor komoditas. Indonesia harus bergerak menjadi negara industri, salah satunya dengan upaya hilirisasi sumber daya alam (SDA).

Baca juga: Soal Audit LSM, Ini Kata Jubir Luhut

"Hilirisasi SDA dapat mengurangi defisit transaksi berjalan Indonesia," ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, dalam siaran persnya, Jumat (19/11/2021).

Luhut mengatakan, Indonesia memiliki cadangan SDA yang besar untuk kebutuhan energi bersih.

Misalnya, nikel, bauksit, tembaga, dan timah yang permintaannya akan meningkat seiring dengan komitmen banyak negara untuk mengatasi perubahan iklim.

Melalui hilirisasi nikel, Indonesia menjadi bagian dari rantai pasokan baterai di dunia untuk mewujudkan visi penurunan emisi pada 2030 melalui penggunaan electric vechicle (EV) atau kendaraan listrik.

Sebagai dampak dari hilirisasi SDA, ekspor besi dan baja Indonesia yang pada 2014 baru sebesar 1,1 miliar dollar AS meningkat pesat.

Baca juga: Luhut Klaim Berhasil Bujuk Pfizer Investasi di RI Mulai Tahun Depan

Sepanjang Januari-Oktober 2021, ekspor besi dan baja telah mencapai lebih dari 16 miliar dollar AS.

Jika ekspor tetap bertumbuh seperti sekarang, total ekspor besi dan baja sepanjang tahun 2021 bisa mencapai 20 miliar dollar AS.

Tidak hanya itu, pertumbuhan ekonomi di daerah yang melakukan hilirisasi SDA mampu meningkat tinggi.

Pada kuartal III 2021, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah dan Maluku Utara mampu mencapai masing-masing sebesar 10,2 dan 10,4 persen, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 3,5 persen.

Selain itu, Luhut juga bilang bahwa keberhasilan menurunkan kasus Covid-19 mendorong pemulihan ekonomi yang cepat.

Baca juga: Kenapa Banyak TKA China di Proyek Smelter? Ini Jawaban Luhut

Hal ini ditunjukkan dari Indeks Keyakinan Konsumen dari Bank Indonesia, pada Oktober 2021 berada pada tingkat tertinggi di masa pandemi, mencapai 113,4 dengan skala nilai optimis lebih dari 100.

Pemulihan yang cepat juga terjadi pada aktivitas industri manufaktur. Berdasarkan Indikator PMI manufaktur Indonesia, terlihat sektor industri mengalami ekspansi tertinggi pada Oktober 2021.

"PMI Manufaktur Indonesia mencetak rekor pada Oktober 2021 dan merupakan salah satu yang terbaik di negara ASEAN," kata Luhut.

Tercatat bahwa PMI Manufaktur Indonesia pada Maret dan April 2020 sempat mengalami penurunan yang sangat signifikan ke angka 27,5.

Berbeda halnya pada saat PPKM diberlakukan awal Juli 2021 lalu, terjadi sedikit penurunan tetapi langsung meningkat pada Oktober menjadi 57,2.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com