Mengutip istilah “follow the trend, follow the money” atau ikuti trennya, ikuti uangnya, itulah yang dilakukan para investor saat ini. Secara umum pemodal ventura menganggap bahwa perusahaan B2B, khususnya industri tekfin adalah industri dengan tren yang terus tumbuh secara global. Industri ini senantiasa berubah dengan sangat cepat, hingga mengakselerasi transformasi peran uang tunai dan cek kertas menuju ke pembayaran elektronik.
Hal menarik lainnya bagi investor usaha modal ventura adalah fakta bahwa pasar layanan transaksi digital yang dikelola perusahaan B2B cukup besar dan akan terus mengalami perubahan signifikan sehingga trennya juga relatif lebih stabil. Dalam artian lain, tidak berfluktuasi dari tahun ke tahun dan tidak tergantung pada siklus pasar.
Lalu, mengapa B2B dianggap lebih stabil dibandingkan bisnis yang berpusat pada konsumen? Bayangkan jika Anda membangun produk teknologi peranti lunak yang mana digunakan oleh suatu perusahaan dengan puluhan atau ratusan karyawan.
Bayaran dari satu klien perusahaan itu bisa saja jauh lebih tinggi dibandingkan memiliki beberapa pengguna individual, terutama jika klien tersebut bergantung pada produk Anda dan menjadi pelanggan tetap bulanan atau tahunan (berbasis kontrak atau langganan).
Membangun Bisnis yang Berkelanjutan
Dalam memilih perusahaan untuk ditanamkan modal, bukan keuntungan materiil saja yang menjadi incaran pemodal ventura, melainkan seberapa mampu sebuah bisnis bertahan di pasar dan seberapa stabil tren pasar yang tersedia.
Dari situlah traksi perusahaan akan semakin terlihat dan menjadi daya tarik investor. Maka, dalam hal ini perusahaan B2B dapat dianggap ideal untuk memenuhi kriteria tersebut.
Namun, hal itu bukan berarti mustahil bagi perusahaan berbasis B2C untuk mengalami perkembangan juga. Sebagian investor justru memiliki pandangan lain, yakni menganggap bahwa tren investasi B2B juga tidak akan selalu berada di puncaknya. Semua ini mungkin saja terjadi karena adanya siklus tren dengan melonjaknya saham publik yang mana juga menarik investor ‘musiman’ ke ruang B2B.
Maka dari itu, Anda dan tim perlu bekerja sama dan berupaya mempersiapkan strategi yang tepat dalam menjaga keberlangsungan bisnis yang dijalani bersama. Di pasar B2B yang cenderung lebih kompleks daripada pasar B2C, ingat bahwa sebagian besar investor mencari tim dengan keahlian di bidang tertentu atau memiliki wawasan unik terkait permasalahan yang akan dipecahkan perusahaan dalam penciptaan produk atau layanan.
Secara umum, startup B2B akan selalu memiliki banyak potensi. Namun, masuknya era gig economy dengan banyaknya pekerja kontrak jangka pendek, maka akan lebih banyak juga bisnis baru, pekerja lepas, dan agensi mikro daripada sebelumnya. Ini berarti akan ada lebih banyak celah bisnis yang dapat Anda targetkan. Misalnya dengan membuat perangkat lunak yang dirancang khusus untuk usaha kecil atau pekerja lepas yang angkanya terus bertambah.
Terlepas dari apa pun ide produk atau layanan yang Anda hadirkan, hal utama yang harus dipertimbangkan adalah apa model bisnis yang akan diterapkan dan siapa audiens yang ingin Anda jangkau. Jika sudah memiliki jawaban pasti akan hal tersebut, artinya Anda sudah cukup siap memulai bisnis B2B dan tahu ke mana arah pertumbuhan bisnis yang akan Anda bangun tersebut.
Penulis: Juvenco Pelupessy | Principal at Skystar Capital | Skystar Capital - Pemodal Ventura - membantu akselerasi bisnis rintisan yang berfokus pada pendanaan awal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.