Sementara itu, dampak positif La Nina bagi sektor perkebunan salah satunya yaitu sebagai cadangan air atau mengisi penampungan air (embung, parit, dan lain-lain) sehingga bisa mengoptimalkan irigasi.
Selain itu, air hujan membuat ketersediaan air tanah cukup, sehingga penanaman tanaman perkebunan dapat dilaksanakan lebih awal.
Direktur Perlindungan Perkebunan Ardi Praptono memaparkan Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementan mempunyai beberapa program dalam upaya penanganan dampak La Nina.
Program tersebut, yaitu Penerapan Hama Terpadu (PHT) komoditas perkebunan, pembuatan Metabolis Sekunder Agens Pengendali Hayati (MS APH), pengendalian secara terpadu melalui sistem aplikasi pada website Ditjenbun (SinTa, dan Avi My Darling).
Sementara itu, untuk mengetahui ketersediaan air tanah Ditjen Perkebunan berkerjasama dengan BMKG dan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat)
membangun Sistem Informasi Rencana Tanam dan Infrastruktur Air Perkebunan untuk Komoditas Utama (Sirami Kebunku).
“Untuk itu Kementan melalui Ditjen Perkebunan, melakukan strategi penanganan fenomena La Nina pada subsektor pekebunan melalui kegiatan mitigasi dan adaptasi,” ujar Ardi.
Ardi menambahkan, kegiatan adaptasi difokuskan pada aplikasi teknologi adaptif, seperti penyesuaian pola tanam, teknologi pengelolaan lahan, pupuk, air, dan lain-lain.
Baca juga: Cuaca Ekstrem, Wapres Imbau Mitigasi Bencana Dilakukan sejak Dini
Kegiatan mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Kegiatan ini terdiri dari antisipasi sebelum bencana, saat bencana atau tanggap darurat, dan pascabencana.
Adapun kegiatan adaptasi dan mitigasi yang dilakukan Ditjen Perkebunan melalui kegiatan demplot kebun adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim (DPI) dalam bentuk pembangunan embung, lubang biopori, rorak dan ternak kambing, serta pembentukan desa organik berbasis komoditi perkebunan.
Ardi mengatakan dalam penaganan dampak La Nina diperlukan koordinasi secara kontinyu dan berkesinambungan dengan berbagai pihak terkait, seperti BMKG, Kementan, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga pelaksana lapangan yang berada di daerah.
“Selain itu, perlu dilakukan evaluasi pemetaan daerah rawan bencana dan penanganannya secara berkesinambungan,” ujarnya.
Ardi berharap dengan diterapkannya strategi penanganan tersebut, dapat membantu pekebun dalam menghadapi fenomena La Nina. Dengan begitu, ketersediaan stok komoditas perkebunan aman, bermutu baik dan tetap memiliki nilai daya saing.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.