Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Manfaat Sistem Resi Gudang bagi Eksportir Rumput Laut

Kompas.com - 19/11/2021, 18:04 WIB
Yoga Sukmana

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) yang berperan sebagai pusat registrasi resi gudang terus mendorong pemilik komoditas rumput laut untuk memanfaatkan sistem resi gudang, khususnya dalam kaitan kegiatan ekspor.

Hal tersebut dilakukan dalam upaya mitigasi harga internasional, serta terkait pergerakan kurs dolar Amerika Serikat (AS) yang menjadi mata uang acuan dalam ekspor.

Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi mengatakan, dengan memanfaatkan sistem resi gudang, petani rumput laut dapat memasukkan komoditas rumput laut yang mereka miliki saat kurs dolar AS turun, dan melakukan ekspor pada saat kurs dolar AS membaik.

"Selain itu, pemanfaatan resi gudang juga bisa dilakukan saat terjadi pergerakan harga di pasar internasional yang menurun," kata Fajar dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Jumat (19/11/2021).

Baca juga: KSPI: Kenaikan Upah Minimum 2022 di Bawah Angka Inflasi

Indonesia yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan, menjadi salah satu negara eksportir terbesar untuk komoditas rumput terutama rumput laut kering. Nilai rumput laut di pasar dunia saat ini 2,9 miliar dollar AS dengan hampir 807.000 ton. Indonesia berkontribusi sebesar 195.000 ton dengan pangsa 25 persen.

Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan, selama rentang waktu 2014-2019, ekspor rumput laut nasional juga tercatat tumbuh rata-rata sebesar 6,53 persen per tahun. Untuk tahun 2020, volume ekspor tercatat sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai 279,58 juta dollar AS.

Salah satu pengelola gudang dan eksportir rumput laut yang memanfaatkan sistem resi gudang adalah PT Rahmat Bahari Indonesia yang berada di Bali. Sepanjang tahun 2021, PT Rahmat Bahari Indonesia telah meregistrasikan rumput laut sebanyak 4 resi gudang, dengan volume 63,6 ton senilai Rp 508 miliar.

“Dengan adanya sistem resi gudang ini, kami tentunya dapat menjaga ketersediaan barang yang ada, sehingga dapat menawarkan kepada buyer-buyer di luar negeri. Selain itu dengan adanya SRG ini, kami dapat memitigasi fluktuasi harga serta rate kurs yang ada," imbuh Ni Nyoman Ribek selaku Pimpinan PT Rahmat Bahari Indonesia.

Fajar menjelaskan, apa yang dilakukan PT Rahmat Bahari Indonesia tersebut bisa menjadi kisah sukses pemanfaatan resi gudang di Indonesia, khususnya dari sisi eksportir.

Baca juga: Sri Mulyani: Dunia Keluarkan 19 Triliun Dollar AS untuk Tangani Covid-19

Ke depan, ia berharap para eksportir komoditas rumput laut di berbagai wilayah di Indonesia juga mulai memanfaatkan sistem resi gudang. Selain sebagai upaya menjaga stabilitas harga, resi gudang dapat dimanfaatkan pemilik komoditas untuk mendapatkan pembiayaan bagi kelangsungan usahanya.

Dalam catatan pusat registrasi resi gudang, sepanjang 10 bulan pertama 2021, tercatat 19 resi gudang dari komoditas rumput laut yang diregistrasi dalam volume 1,4 ton, dengan nilai barang Rp 32,7 miliar dan nilai pembiayaan sebesar Rp. 21,9 miliar.

Sedangkan sepanjang tahun 2020, komoditas rumput laut yang melakukan registrasi sebanyak 10 RG dengan volume 743,5 kilogram senilai Rp 15 miliar, dan nilai pembiayaan sebesar Rp 2,3 miliar.

“KBI sebagai pusat registrasi resi gudang akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait manfaat dari instrumen ini. Kami optimis, seiring dengan peningkatan pemanfaatan Resi Gudang, sisi pembiayaan juga akan mengalami peningkatan,” tutup Fajar. (Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari)

Baca juga: 5 Proyek Jalan Tol yang Ditawarkan di Dubai Investment Forum akan Dilelang Bertahap

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Mitigasi kurs dan harga, eksportir rumput laut dapat manfaatkan resi gudang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com