Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernando J. Sujibto
Dosen

Pengajar di Prodi Sosiologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | S1 – Sociology Department, Faculty of Social and Humanities, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | S2 – Sociology Department, Institute of Social Science, Selcuk University, Turkey | Research areas: Sociological theory, Cultural sociology, Youth & contemporary activism, Social act & religious movements. | FB: Bernando J. Sujibto, Twitter: @_bje, Instagram: @bjeben.

Mengantarkan Akses dan Kesempatan

Kompas.com - 22/11/2021, 09:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Bernando J. Sujibto*

PANDEMI telah merontokkan semua lini kehidupan sosial kita, khususnya terkait dengan hajat hidup rakyat kecil.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Triwulan 1 tahun 2021 membeberkan pertumbuhan ekonomi Indonesia turun 0,74 persen jika dibandingkan dengan Triwulan 1 tahun 2020.

Kondisi demikian telah mengakibatkan semakin meningkatnya angka pengangguran; Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara masif terjadi terhadap pekerja karena banyak perusahaan yang terpaksa tutup akibat terus menerus mengalami kerugian.

Selain itu, sektor riil di lapangan seperti bisnis-bisnis yang menghidupi rakyat secara langsung ikut gulung tikar.

Dalam sebuah kesempatan, dalam perjalanan pulang dari pekerjaan, di tengah rintik hujan November, saya menyimak dengan seksama cerita seorang driver taksi online tentang nasib rekan-rekannya yang kolaps.

Baca juga: Kena PHK karena Pandemi, Siska Sukses Jadi Pengusaha Steak 

Mereka yang Kehilangan Pekerjaan

Sebagai sebuah sampel, dia menceritakan nasib satu grup para driver taksi online yang tergabung dalam satu komunitas. Anggotanya berjumlah 170 orang dan karena pandemi menghantam, yang tersisa hanya 40 orang.

Sebanyak 130 orang dipaksa kehilangan pekerajaan mereka karena mobil mereka diambil oleh pihak sewa guna usaha (leasing).

”Kita dihantam gelombang yang sama, tetapi berbeda perahu,” pungkasnya untuk menegaskan bahwa pandemi memang tidak mengenal sektor dan kelas sosial.

Kita sama-sama berada dalam perahu masing-masing yang oleng. Tetapi, tentu saja, kita tetap harus bangkit bersama, merajut kembali potensi ekonomi dan sosial kebudayaan yang telah menjadi pondasi bagi kehidupan kita bersama.

Di titik ini, sebagai penentu arah dan kebijakan bagi rakyat, negara harus benar-benar hadir menjalankan fungsinya dan mempertegas keberpihakannya kepada rakyat yang selalu bersetia menyokong eksistensi negara kesatuan ini.

Pendekatan pemerintah tentu juga harus berubah dan berenovasi agar kebijakan-kebijakan terkait rakyat kecil bisa terealisasi dengan baik demi masa depan bangsa dan negara.

Karena kemiskinan bukan problem utama yang bisa memperlemah sistem sosial yang lain, seperti akses kepada dunia pendidikan dan akhirnya bermuara kepada kesempatan bekerja.

Kita semua sadar bahwa pendidikan dan kemiskinan adalah penyakit laten dan paling merusak bagi sebuah bangsa. Mereka selalu saling berkelit-kelindan: yang miskin susah untuk mendapatkan pendidikan, misalnya untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.

Dan sebaliknya, yang tidak mendapatkan pendidikan cenderung akan tertinggal dari banyak aspek seperti dunia pekerjaan.

Baca juga: Kisah Arih Lystia, Penyandang Disabilitas yang Sukses sebagai Content Creator Makeup

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com