Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernando J. Sujibto
Dosen

Pengajar di Prodi Sosiologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | S1 – Sociology Department, Faculty of Social and Humanities, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | S2 – Sociology Department, Institute of Social Science, Selcuk University, Turkey | Research areas: Sociological theory, Cultural sociology, Youth & contemporary activism, Social act & religious movements. | FB: Bernando J. Sujibto, Twitter: @_bje, Instagram: @bjeben.

Mengantarkan Akses dan Kesempatan

Kompas.com - 22/11/2021, 09:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mengantarkan Akses

Untuk itu, akses dan kesempatan harus diantarkan melalui beragam bentuk pendekatan sesuai dengan situasi dan kondisi lokal masyarakat masing-masing.

Bagi masyarakat petani, akses dan kesempatan di dunia pertanian harus dicanangkan dengan baik, fasilitas dan pelatihan tekait hal itu harus diantarkan kepada mereka dengan perangkat pekerja yang harus dilengkapi.

Bagi masyarakat urban, fasilitas yang relatif sudah tersedia harus ditingkatkan untuk mengantarkan akses dan kesempatan melatih skill dan kemampuan remaja-remaja lulusan SMA dan tidak mempunyai kesempatan berkuliah.

Saya mempertegas dengan lema “mengantarkan”—bukan lagi hanya membuka, menginformasikan dan menyediakan program yang biasa dicanangkan oleh Balai Latihan Kerja di semua daerah di Indonesia—karena situasi pandemi telah memaksa pendekatan kita harus berbeda, lebih radikal dari cara-cara sebelumnya yang relatif santai dan cenderung hanya menunaikan program kerja.

Perangkat-perangkat tambahan seperti tim penyuluh, mobil keliling dan fasilitas lain harus dipersiapkan. Atau bahkan, kursus dan pelatihan kerja demikian diadakan di dukuh masing-masing, setelah memetakan minat, potensi dan skill peserta.

Beragam kursus dan pelatihan keterampilan yang sebenarnya sudah biasa diprogramkan dan dilakukan secara resmi di bawah negara, seperti melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi maupun yang menginduk ke Kemdikbud (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) dan dinas-dinas lain di pemerintahan daerah.

Setiap pemerintah daerah mempunyai Balai Latihan Kerja (BLK) yang harus diintegrasikan secara maskimal dengan dinas-dinas lain yang mempunyai visi-misi dan program yang sejalan.

Tema-tema pelatihan dan kursus seperti bahasa, dunia digital, musik, film, perhotelan dan sebagainya harus terus diperbarui agar terus sesuai dengan kebutuhan zaman.

Untuk itu, pemerintah harus menyiapkan tim tambahan untuk “menjemput bola”, yaitu mereka yang disasar dalam setiap programnya. Cara-cara radikal seperti ini harus dilakukan karena tidak semua pemuda mempunyai akses yang sama: mendapatkan informasi, jaringan dan mendaftarkan diri untuk memanfaatkan fasilitas seperti pelatihan kerja.

Bisa saja karena mereka tidak mempunyai fasilitas untuk mengakses informasi, seperti yang tidak gawai yang layak, atau yang paling parah mereka memang berada dalam kubangan kemiskinan—untuk makan saja masih pontang panting dan sering diserang kelaparan.

Program “Ayo Kursus

Satu di antara terobosan menarik adalah program “Ayo Kursus” yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang Kursus diintegrasikan dengan program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) yang tengah berjalan tahun 2021.

Program ini menyasar lulusan sekolah setingkat SMA/SMK yang kesulitan melanjutkan kuliah dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.

Keterampilan yang dipersiapkan untuk para peserta akan membuka jalan bagi para remaja untuk mengasah dan dan memperdalam skill, mulai dari hal-hal terkait dengan dunia digital hingga kerampilan teknis perangkat kasar lainnya.

Dalam laporannya, Direktur Kursus dan Pelatihan, Wartanto menjelaskan bahwa program Ayo Kursus menarget sebanyak-banyaknya peserta didik sesuai kuota yang masih disediakan oleh program PKK/PKW, yaitu lebih dari 24.500 peserta di tahun 2021 dengan anggaran sekitar Rp100 miliar untuk LKP di seluruh Indonesia.

“Baik program PKK maupun PKW merupakan program bantuan pemerintah untuk mendorong peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia, khususnya bagi anak usia sekolah yang tidak bersekolah untuk mendapatkan pendidikan keahlian dengan bantuan pemerintah dengan sertifikasi dan standar berbasis industri,” jelasnya.

Akhirnya, dengan cara mengantarkan akses dan kesempatan itu kepada mereka yang menjadi sasaran program, proses keberhasilan sebuah kursus dan pelatihan dan program sudah pasti lebih maksimal dan menyasar langsung kepada yang membutuhkan. (* Bernando J. Sujibto, pengajar Prodi Sosiologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Baca juga: 9 Tips Sukses Cara Jualan Online Laris Manis untuk Pemula

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com