JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo meyakini, neraca perdagangan RI bakal surplus dengan China di tahun 2022. Hal itu dia ungkapkan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (24/11/2021).
Saat ini, neraca perdagangan masih defisit sebesar 1,5 miliar dollar AS dengan China. Namun defisit itu lebih baik dibanding defisit 18,41 miliar dollar AS pada tahun 2018 lalu.
"Sekarang ini baru di bulan Oktober, kita sudah menjadi minus 1,5 miliar dollar AS khusus ke RRT. Dulu kita defisit, tahun depan Insya Allah kita sudah surplus dengan RRT," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Rabu (24/11/2021).
Baca juga: Digugat Uni Eropa soal Nikel di WTO, Jokowi: Dengan Cara Apa Pun Kita Lawan!
Jokowi mengungkapkan, pulihnya neraca perdagangan terjadi lantaran Indonesia mulai menyetop ekspor bahan mentah, seperti nikel. Pemerintah lebih memilih ekspor barang jadi atau setengah jadi alih-alih mengekspor bijih nikel.
Penyetopan ini menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi untuk Indonesia, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan. Dari penyetopan nikel, potensi penyerapan nilai tambah Indonesia tahun ini mencapai 20 miliar dollar AS, lebih tinggi dibanding 3-4 tahun lalu yang mencapai 1,1 miliar dollar AS.
"Tahun ini perkiraan saya sudah meloncat ke angka 20 miliar dollar AS, karena stop nikel dari kira-kira Rp 15 triliun, kemudian melompat menjadi Rp 280 triliun. Ini akan memperbaiki neraca perdagangan kita, memperbaiki neraca pembayaran, CAD akan lebih baik," ucap Jokowi.
Ke depan kata Jokowi, pemerintah secara bertahap akan menyetop ekspor bahan mentah lainnya, seperti bauksit, timah, hingga tembaga.
Hal ini bakal mendulang nilai tambah. Khusus bauksit misalnya, Jokowi memproyeksi nilai tambah yang dihasilkan mencapai 20-30 miliar dollar AS.
"Kalau nanti bauksit di-stop, nilainya kurang lebih juga akan sama. Kita akan melompat ke angka-angka kurang lebih 20-30 miliar dollar AS. Satu komoditas, 2 komoditas ,3 komoditas 4 komoditas, bayangkan kalau itu semuanya di industrialisasi di negara kita," beber Jokowi.
Baca juga: Uni Eropa, Gigih Tolak Sawit Indonesia, Tapi Butuh Nikelnya
Lebih lanjut dia berujar, pemerintah akan melawan gugatan Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) karena tak lagi mengekspor bahan mentah.
Sebab kata Jokowi, Indonesia tetap terbuka untuk bekerjasama dengan negara lain dalam industrialisasi nikel. Negara lain bisa membangun pabrik, hingga membangun teknologinya ke Indonesia agar lapangan kerja untuk anak negeri tercipta.
"Kita tidak ingin mengganggu kegiatan produksi mereka, silakan. Kita terbuka, kita ini tidak tertutup. Silakan kalau ingin nikel, silakan. Tapi datang bawa pabriknya ke Indonesia, bawa industri ke Indonesia, teknologi ke Indonesia," pungkas Jokowi.
Baca juga: Digugat Uni Eropa Soal Larangan Ekspor Nikel, RI Siapkan Sanggahan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.