Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Hal-hal Kecil yang Mungkin Terlewat oleh Pak Erick soal SPBU dan Toiletnya

Kompas.com - 26/11/2021, 09:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Soal "dapur" SPBU tidak akan dikorek dalam-dalam di sini. Namun, apakah penghasilan dan tuntutan kerja sudah setimbang untuk memastikan para pekerja rela memastikan toilet yang bersih dan tak pesing sebagai bagian dari pelayanan? Semoga tidak asal main ancam dan pecat ya.

Juga, apakah budaya pelayanan sudah benar-benar jadi bagian dari tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang dijiwai sehari-hari? Apakah sudah ada pula contoh dalam keseharian yang bisa menginspirasi setiap pekerja di negeri ini, tak cuma pekerja SPBU, untuk punya etos pelayanan?

Baca juga: Perhatikan Kebersihan Kamar Mandi dengan Cara Ini

Top-lah Indonesia kalau budaya pelayanan ini mendarah daging. Birokrasi bertele-tele, layanan institusi pelat merah yang jadi omongan netizen melulu, sampai korupsi, akan susut drastis deh.

Tantangan budaya kedua, soal tertib bersih. Ini lebih repot lagi di Indonesia. Buat membayangkan, mampir saja ke rest area Tol Trans-Jawa, yang sebagiannya sudah menggratiskan toilet sejak lama.

Kalau bicara tol, pasti yang mampir naik mobil. Tambahan pengguna toilet di area tersebut ya hanya pekerja dan orang-orang yang mencari penghidupan di situ. Nah, bagaimana toilet dan kawasan parkirnya? Bersih? 

Libur panjang apalagi musim mudik bisa menjadi contoh lebih ekstrem lagi. Sudah toiletnya berantakan, sampah di area parkir juga bikin miris. 

Menggunakan contoh rest area tol ini semata untuk mempersempit sampling, bahwa orang yang mampu menggunakan mobil pun tak menjamin punya mentalitas dan ketertiban soal kebersihan. Memakai toilet berantakan, masih pula buang sampah sembarangan.

Baca juga: Kebersihan Toilet Belum Jadi Prioritas

Pertanyaannya juga, berapa pula alokasi anggaran dari setiap SPBU untuk menjaga kebersihan toilet-toiletnya? 

Setidaknya, Unit Manager Communication Relations dan CSR MOR III Pertamina, Eko Kristiawan, sempat menyebut bahwa "uang toilet" itu digunakan untuk biaya kebersihan tetapi sifatnya sukarela

Kebersihan di lokasi akan menyangkut petugas, alat, dan obat pembersih. Ingat, yang memakai toilet ini tidak hanya satu atau dua orang. Tidak cukup pembersihan satu kali sehari apalagi seminggu sekali.

Di sini fungsi orang-orang di depan kotak yang dibilang pungli di depan toilet tadi. Enggak jaminan juga toiletnya pasti bersih dan harum juga, tapi secara rata-rata lebih bersih dibanding rata-rata yang tidak ada begituan.

Sekali lagi, tidak jaminan bahwa keberadaan orang-orang ini memastikan setiap toilet di SPBU Pertamina jadi kinclong juga. Namun, bukan di satu atau dua lokasi, gampang menemukan mereka yang subuh-subuh sudah membilas toilet-toilet ini, siap menyambut pejalan yang membutuhkan kenyamanan saat buang hajat di tengah perjalanan.

Bukan, bukan membenarkan buta juga, apalagi seharusnya memang tidak begitu pula. Terlebih lagi, persoalan toilet ini sejatinya tantangan buat seluruh orang Indonesia.

Kalau budaya pelayanan dan tertib bersih sudah jadi kesadaran bersama, orang-orang yang dibilang melakukan pungli toilet ini memang benar-benar salah tempat dan sama sekali tak ada pembenaran untuk keberadaannya. 

Baca juga: Meski Gratis, Warga Harap Toilet di SPBU Pertamina Tetap Bersih

Budaya pelayanan terbangun tapi budaya tertib kebersihan publik tak ikut naik kelas, toilet SPBU akan jadi potret buram juga. Jejak jorok itu akan tetap terlihat di tempat paling eksotis dan berkelas sekalipun ketika orang-orang yang datang nir kesadaran soal kebersihan.

Seperti pameo lama, mau tahu "kelas" orang, tengoklah toiletnya. 

Pada 2020, Pertamina mencatatkan pendapatan usaha dari SPBU yang dimiliki lewat anak usaha PT Pertamina Retail senilai 816,57 juta dollar AS, turun dari 971,12 juta dollar AS pada 2019. Namun, laba yang didapat pada 2020 tercatat 17,31 juta dollar AS, naik dibanding 16,35 juta dollar AS pada 2019. Kalau dirupiahkan, banyak nol-nya itu angka-angka.

Semoga, toilet gratis di SPBU Pertamina mewujud nyata dan tetap bersih. Semoga sempat terpikirkan pula alternatif solusi penghidupan bagi ribuan orang yang sebelumnya mengandalkan keping atau helaian dua ribu perak di pintu toilet SPBU. 

Bila tidak, jangan-jangan memang ini semata pencitraan sesaat. Ayo, Pak Erick, yang tuntas berbenahnya....

 

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com