BrandzView
Konten ini merupakan kerjasama Kompas.com dengan SKK Migas

Kejar Target 1 Juta Barrel di 2030, SKK Migas Selenggarakan IOG 2021

Kompas.com - 26/11/2021, 13:15 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS. com – Guna membangkitkan industri hulu minyak dan gas (migas), pemerintah telah menetapkan target produksi minyak sebesar 1 juta barrel per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030.

Target tersebut dicanangkan untuk menjaga kebutuhan migas nasional serta mendorong perekonomian nasional.

Pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pun telah menyusun Rencana Strategis Indonesian Oil and Gas 4.0 (Renstra IOG 4.0) demi merealisasikan produksi tersebut.

Dalam Renstra IOG 4.0, SKK Migas menetapkan enam pilar strategis dan empat pilar pendukung atau enablers. Kesepuluh hal ini berfungsi menjadi acuan industri hulu migas Indonesia dalam mewujudkan visi bersama lifting migas pada 2030.

Adapun enam pilar strategis tersebut terdiri dari Improving Existing Value, Resource to Production, Exploration, Enhanced Oil Recovery (EOR), Exploration, Decommissioning, dan Supplier Competitiveness.

Baca juga: Gelar IOG 2020, SKK Migas Ajak Stakeholder Wujudkan Visi 1 Juta Barrel 2030

Sementara, empat pilar pendukung tersebut terdiri atas penguatan peran dan kapabilitas SKK Migas dalam hal pengawasan regulasi, upaya peningkatan investasi, komersialisasi, dan digitalisasi, serta peningkatan nilai melalui adopsi teknologi dan inovasi.

Untuk mendukung pencapaian Renstra IOG 4.0, SKK Migas menyelenggarakan The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2021 (IOG 2021). Konferensi migas kedua ini diselenggarakan secara virtual, Senin (29/11/2021) hingga Rabu (1/12/2021).

Ketua Organizing Committee The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2021 Luky Agung Yusgiantoro mengatakan, penyelenggaraan konferensi migas tahun ini merupakan bentuk urgensi dari pengaplikasian Renstra IOG 4.0.

Pasalnya, pasokan migas nasional tetap dibutuhkan. Meski pada tahun-tahun ke depan porsi energi baru terbarukan (EBT) mengalami peningkatan, namun secara kuantitas permintaan migas masih meningkat. Oleh karena itu, kegiatan lifting migas harus dioptimalkan untuk bauran energi nasional pada masa transisi.

“Konsumsi energi migas domestik terus meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan (demand). Ini (juga) tak lepas dari pertumbuhan sektor pembangunan, mulai dari industri, pemukiman, hingga kesejahteraan,” ujar Luky dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (23/11/2021).

Baca juga: Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak per Hari di 2030, Ini Upaya Pemerintah

Terlebih, tambah Luky, Indonesia masih menjadi negara net importer minyak. SKK Migas pun tak ingin hal tersebut juga terjadi pada sektor gas.

Oleh karena itu, tambahan produksi migas nasional sangat diperlukan sebagai pasokan energi dan untuk memperkecil jurang konsumsi-produksi.

“Dengan begitu, hal tersebut pada akhirnya dapat menghemat devisa yang diperlukan untuk impor migas,” papar Luky.

Sempat terkendala

Sejauh ini, SKK Migas bersama perusahaan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) telah menjalankan kegiatan operasi migas secara masif, agresif, dan efisien.

Berdasarkan outlook kegiatan pengeboran, realisasi pengeboran diprediksi mencapai 558 sumur hingga akhir 2021. Angka ini meningkat dari realisasi tahun lalu yang sebesar 268 sumur.

Angka tersebut juga dinilai menjadi pengeboran tahunan terbanyak sejak 2016.

Baca juga: IOG 2020, Penguatan Visi SKK Migas Produksi 1 Juta Barrel

Meski begitu, Luky mengakui bahwa target lifting migas pada tahun ini belum bisa tercapai karena pandemi Covid-19. Sebab, berbagai kegiatan dan investasi tertunda karena keterbatasan mobilisasi sumber daya manusia (SDM) dan peralatan.

“Saat ini, kita semua harus menjalankan protokol kesehatan dan mengurangi mobilitas. Itu membuat tambahan produksi yang diharapkan jadi tertunda. Tentunya, ini tidak hanya terjadi di subsektor hulu migas saja, tetapi pada semua sektor ekonomi dan industri, baik di tingkat nasional maupun global,” papar Luky.

Meski demikian Luky mengakui bahwa keadaan sektor migas perlahan mulai membaik seiring perbaikan penanganan Covid-19 secara global. Hal ini dapat dilihat dari perbaikan harga minyak bumi yang berada di level 80 dollar Amerika Serikat (AS) per barrel.

Kondisi tersebut, kata Luky, berdampak positif pada penerimaan negara dari subsektor hulu migas.

Untuk diketahui, per Oktober 2021, penerimaan negara dari hulu migas mencapai angka 10,93 miliar dollar AS. Sementara, outlook penerimaan negara diperkirakan bisa mencapai 12,36 miliar dollar AS pada akhir 2021.

Baca juga: Kejar Target Produksi 1 Juta Barrel, Industri Hulu Migas Butuh Investasi Rp 3.500 Triliun

“Angka tersebut jauh melampaui target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar 7,28 miliar dollar AS," jelasnya.

SKK Migas juga mencatat sebanyak 12 proyek baru telah onstream pada Oktober 2021. Berdasarkan outlook sampai Desember 2021, diharapkan total 15 proyek onstream.

Dorong kolaborasi

Bagaimanapun, pencapaian target produksi migas pada 2030 memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak, terutama dari para pemangku kepentingan.

Luky menjelaskan, para pemangku kepentingan, baik di pemerintah pusat maupun daerah, berperan besar terhadap kelancaran kegiatan usaha hulu migas.

Maka dari itu, lanjut dia, kolaborasi sangat diperlukan agar para stakeholder memiliki pemahaman dan pola pikir yang sama terkait urgensi pencapaian target 2030 bagi bangsa dan negara.

Baca juga: Lebih Rendah dari Proyeksi, SKK Migas Targetkan Pengeboran Sumur Pengembangan 538 Titik

“Sejauh ini, aspek kolaborasi yang sudah berjalan adalah kebijakan one stop door policy (OSDP). Di sisi lain, pentingnya pencapaian target produksi ini masuk dalam lampiran pidato Presiden Republik (RI) Indonesia Joko Widodo (Jokowi) pada perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-76 RI,” jelas Luky.

Lebih lanjut Luky memaparkan, kolaborasi yang telah terjalin masih bisa ditingkatkan lagi. Utamanya, terkait peningkatan realisasi investasi di sektor hulu migas.

Investasi merupakan faktor terpenting untuk mewujudkan pencapaian target produksi.

“Tanpa investasi, berarti tidak ada spending. Tanpa spending, (berarti) tidak ada kegiatan tambahan untuk meningkatkan produksi. Indonesia punya kekuatan dalam menarik investasi pada potensi hidrokarbon. Masih ada 70 basin yang belum dieksplorasi,” tutur Luky.

Realisasi investasi sektor hulu migas bergantung pada daya tarik atau investment attractiveness serta daya saing. Bila sektor hulu migas Indonesia mempunyai skor tinggi pada kedua hal tersebut, investor akan melirik Indonesia sebagai tujuan investasi.

Untuk meningkatkan hal tersebut, jelas Luky, pemerintah dapat melakukan berbagai upaya. Sebagai contoh, perbaikan sistem fiskal, perbaikan sistem perpajakan, insentif untuk meningkatkan tingkat perekonomian, ketersediaan dan keterbukaan data, serta kemudahan berusaha dengan membuat regulasi yang jelas dan tidak tumpang tindih.

The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2021

Penyelenggaraan The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2021 (IOG 2021) juga menjadi bagian komitmen SKK Migas dalam mendorong kolaborasi di antara stakeholder sektor hulu migas.

Baca juga: Komitmen Capai Target Lifting 1 Juta Barrel Minyak Per Hari, SKK Migas Ajak Stakeholder dan Publik Hadiri IOG 2021

Pada IOG 2021, narasumber yang mewakili pemerintah dipastikan akan turut hadir. Narasumber ini adalah Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

SKK Migas juga menghadirkan narasumber dari lembaga non-pemerintahan. Tokoh ahli migas berskala nasional dan internasional dari berbagai institusi yang dipastikan hadir adalah Rina Rudd dari Husky Energy, Diego Portoghese dari ENI Indonesia, Ronald Gunawan dari Medco, dan Doddy Abdassah dari Institut Teknologi Bandung.

Pada acara tersebut juga, SKK Migas juga mengadakan panel diskusi yang mengulas permasalahan dari berbagai topik, seperti low carbon initiative and energy transition, collaboration and reshaping paths to 1 million BOPD and 12 BSCFD Gas in 2030, boosting investment into upstream oil and gas Indonesia, serta working area bid mechanisms and open area potentials in Indonesia.

Selain itu, terdapat juga sepuluh concurrent forum terkait ekonomi dan keuangan, eksplorasi dan eksploitasi, health and wellness, sumber daya manusia (SDM), supply chain management, komersial, audit, sekuriti, lingkungan, serta teknologi informasi.

Sebagai informasi, IOG 2021 terbuka untuk umum dan seluruh pihak seperti institusi pemerintahan, investor, para pelaku industri penunjang migas, mahasiswa, serta masyarakat luas, baik dalam maupun luar negeri.

Bagi yang tertarik untuk mengikuti IOG 2021, silakan mendaftar melalui tautan berikut.


Terkini Lainnya

Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Inflasi Medis Kerek Pembayaran Klaim AXA Financial Indonesia

Whats New
Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Wirausaha Muda Butuh Tingkatkan Kompetensi, Program Bimbingan Jadi Solusi

Whats New
Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Terbang ke Jepang, Menhub Bahas MRT Jakarta hingga Pelabuhan Patimban

Whats New
Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Forum APEC SMEWG, Menteri Teten Ajak Tingkatkan Kolaborasi terkait UKM

Whats New
Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Ekonom Sebut Program Gas Murah Berisiko Bikin Defisit APBN

Whats New
Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Hartadinata Abadi Bakal Tebar Dividen Rp 15 Per Saham

Whats New
Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Penjelasan DHL soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Stok Lampu Bisa Langka gara-gara Implementasi Permendag 36/2023

Whats New
IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

IHSG Ditutup Naik 63 Poin, Rupiah Menguat di Bawah Level 16.200

Whats New
Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Jam Operasional Pegadaian Senin-Kamis, Jumat, dan Sabtu Terbaru

Whats New
Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Bos BI Optimistis Rupiah Bakal Kembali di Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Mendag Ungkap Penyebab Harga Bawang Merah Tembus Rp 80.000 Per Kilogram

Whats New
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi

Whats New
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani

Whats New
Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Alasan BI Menaikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com