JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi, krisis energi yang terjadi di berbagai negara akan berangsur membaik pada awal tahun 2022.
Sebab menurut Perry, salah satu penyebab utama menipisnya sejumlah komoditas energi ialah tingginya permintaan dari negara-negara yang menghadapi musim dingin.
"Kami perkirakan (krisis energi) ini mulai awal tahun depan sudah mulai agak mereda," kata dia, dalam gelaran Rapat Kerja Komisi XI DPR RI, Kamis (25/11/2021).
Baca juga: Semua Lembaga yang Dapat Izin BI Dilarang Layani Kripto sebagai Alat Pembayaran
Krisis energi merupakan salah satu fenomena yang diyakini bank sentral dapat mempengaruhi laju inflasi pada tahun depan.
Asal tahu saja, BI memproyeksi, inflasi harga tahun 2022 akan tetap terjaga pada kisaran 3 persen, seiring dengan tren pemulihan ekonomi nasional.
Akan tetapi, proyeksi tersebut berpotensi meleset, apabila fenomena krisis energi dan juga gangguan rantai pasok global masih berlanjut hingga tahun depan.
"Itu yang membuat beberapa kendala di dalam kelangkaan energi," ujarnya.
Oleh karenanya, Perry menyebutkan, bank sentral akan terus mewaspadai fenomena-fenomena global itu, guna menjaga laju inflasi nasional.
"Semoga secara keseluruhan tahun (inflasi) sekitar 3 persen, sekaligus kemungkinan-kemungkinan ada di atas 3 persen," ucapnya.
Baca juga: Gubernur BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan Tembus 5,5 Persen
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.