Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Tambang Emas Archi di Manado, Salah Satu yang Terbesar di Asia Tenggara

Kompas.com - 26/11/2021, 15:34 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Tambang emas Toka Tindung di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara terus berkembang seiring dengan potensi temuan cadangan bijih (reserve) di lokasi tersebut. Tambang emas terbesar di kawasan Asia Tenggara ini dikelola oleh PT Archi Indonesia Tbk (ARCI).

Archi merupakan bagian dari PT Rajawali Corporation, perusahaan milik pengusaha Peter Sondakh. Archi mengelola Tambang Emas Toka Tindung melalui anak usahanya, PT Meares Soputan Mining dan PT Tambang Tondano Nusajaya.

Perusahaan yang baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 28 Juni 2021 lalu itu, menargetkan bisa menggarap bisnis emasnya dari hulu hingga hilir. Mulai dari kegiatan eksplorasi, kontraktor penambangan, pabrik pengolahan, permunian, hingga produk logam emas batangan.

Baca juga: Erick Thohir: Tambang Freeport Bakal Pakai Mobil danTruk Otonom

"Kami ingin menjadi perusahaan pure-play emas (pure-play gold producer) yang terintegrasi dan terbesar di Asia Tenggara," ujar Deputy Chief Executive Officer Archi Indonesia, Rudy Suhendra di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (25/11/2021).

Kompas.com pun berkesempatan mengunjungi tambang emas Toka Tindung yang lokasinya berada di area perbukitan dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam perjalanan mobil dari Manado. Saat itu kegiatan penambangan terus berjalan meski sedang hujan deras.

Mine Manager Mining Tambang Emas Toka Tindung, Roelly Fransza Z mengatakan, tambang terus beroperasi dalam kondisi cuaca hujan maupun tidak, sebab kondisi tanah di lokasi tambang tetap memungkinkan untuk dilewati oleh alat-alat berat.

"Hujan tetap jalan kok operasinya, karena kondisi dan struktur tanah di tambang emas beda dengan tambang di batu bara berbeda. Kalau hujan, di batu bara tanahnya itu enggak gigit ke roda (alat berat), tapi kalau di emas itu tetap gigit ke rodanya," jelas dia.

Pada tambang emas ini, Archi memiliki sekitar 40.000 hektar wilayah konsesi, terdiri dari 31.000 hektar oleh Tambang Tondano Nusajaya dan 9.000 hektar oleh Meares Soputan Mining. Keduanya merupakan pemegang Kontrak Karya (KK) untuk kawasan tambang ini sampai 2041.

Meski demikian, Archi baru melakukan eksplorasi dan penambangan emas sekitar 10 persen dari total area konsesinya, terutama di area Koridor Timur. Ada 4 blok di kawasan tambang ini yang digarap dengan metode pertambangan terbuka (open pit).

Keempatnya yakni Blok Toka, Blok Kopra, Blok Alaskar, dan Blok Araren. Adapun Blok Araren menjadi pit terbesar dengan tingkat kadar emas tertinggi dibandingkan pit lainnya di tambang emas Toka Tindung.

Luas Blok Araren mencapai sekitar 1 kilometer dengan kadar emas mencapai lebih dari 3 gram emas per ton material dari rata-rata kadar di tambang ini sekitar 2 gram emas per ton material.

Hingga akhir 2020, jumlah cadangan emas di koridor timur mencapai 3,9 juta ounces dan sudah tersertifikasi JORC, artinya sudah economic feasible. Saat ini Archi sedang mengembangkan koridor barat yang memiliki potensi tambahan cadangan emas sekitar 5,3-13 juta ounces dalam 5 tahun ke depan.

Seiring dengan adanya tambahan cadangan emas di koridor barat, Archi pun akan menambah kapasitas pabrik pengolahannya menjadi 8 juta ton per tahun atau million ton per annum (mtpa) di 2025. Pada akhir 2020, kapasitas pabrik pengolahan baru mencapai 3,6 juta ton dan meningkat menjadi 4 juta ton di akhir tahun.

Baca juga: Ini Usul Para Pakar soal Izin Tambang Emas Sangihe

Adapun hasil tambang dari keempat blok emas yang dimiliki Archi kemudian diolah di pabrik pengolahan yang berada di dalam kawasan tambang. Pabrik ini baru menghasilkan produk gold bullion (gold dore) yang berupa campuran emas dan perak.

Selanjutnya, gold dore produksi Archi dikirim ke PT Antam Tambang Tbk dan PT Bhumi Satu Inti, kedua perusahaan ini punya sertifikat untuk pemurnian emas. Archi sendiri hingga saat jni belum punya pabrik pemurnian sendiri, meski sedang bersiap untuk pembangunannya mulai tahun depan.

Pada lokasi tambang itu, juga ada Tailings Storage Facility (TSF) yang menjadi lokasi penampungan limbah hasil pengolahan emas. TSF tampak seperti danau namun berisikan lumpur basah dan hanya dibiarkan terbuka tanpa penutup.

Archi memastikan bahwa TSF ini sudah berada dalam kondisi yang aman sesuai aturan yang ada, sehingga memang tak perlu penutup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com